
Beijing, Bolong.id - Pada parade militer besar-besaran yang digelar di Beijing awal bulan ini untuk memperingati 80 tahun kemenangan Perang Perlawanan Rakyat Tiongkok melawan Agresi Jepang dan Perang Anti-Fasis Dunia, pelepasan 80.000 merpati dan 80.000 balon meninggalkan kesan yang mendalam. Banyak orang bertanya-tanya ke mana balon-balon itu berakhir, dan apakah balon-balon itu menimbulkan risiko bagi lingkungan.
Dilansir dari 人民日报, balon yang digunakan pada kesempatan ini sangat berbeda dari balon biasa. Menurut Dong Zhensheng, manajer umum Jiangsu Shijie Plastic Technology Co., Ltd., komposisi dan proses produksinyalah yang membedakannya.
Balon standar biasanya terbuat dari lateks alami yang dicampur dengan bahan kimia tambahan. Sebaliknya, balon yang dirilis pada acara tersebut terbuat dari bahan-bahan alami yang sepenuhnya dapat terurai secara hayati, terutama lateks alami, pati tanaman, dan asam polilaktat (PLA) yang diproduksi melalui fermentasi tanaman seperti jagung dan tebu. Semua ini berbasis hayati, dapat terurai secara hayati, dan ramah lingkungan.
Salah satu tantangan utama selama penelitian dan pengembangan (R&D) adalah memastikan bahwa material biodegradable tetap dapat memberikan kekedapan udara, kekuatan tarik, dan elastisitas yang dibutuhkan balon. Menurut Dong, setelah pengujian berkelanjutan dan terobosan teknologi, tim R&D berhasil menciptakan balon yang tidak hanya berkinerja baik tetapi juga terdegradasi secara efisien, mengatasi kendala utama dalam penggunaan praktis material ramah lingkungan.
Di bawah sinar matahari normal, balon-balon tersebut mulai terurai setelah sekitar satu bulan, dengan tingkat degradasi alami 60 hingga 70 persen dalam 180 hari. Dalam satu hingga satu setengah tahun, balon-balon tersebut terurai sepenuhnya menjadi air, karbon dioksida, dan bahan organik, tanpa meninggalkan polusi yang bertahan lama. (*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement
