
Bolong.Id - Suasana Rabu siang, 1 Oktober 2025, di Gedung Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, terasa berbeda. Di balik ruang pertemuan yang sejuk, puluhan mahasiswa dari BEM Nusantara Wilayah DKI Jakarta hadir membawa segudang aspirasi. Mereka bukan sekadar datang untuk berbicara, tapi untuk memastikan suara rakyat muda benar-benar sampai ke telinga pengambil kebijakan.
Pertemuan ini menjadi kelanjutan dari gerakan “Merdeka 100%, Tuntaskan Reformasi”. Isu-isu besar kembali digelorakan: reformasi partai politik, pembatasan peran TNI dalam OMSP, reformasi Polri, pemberantasan korupsi, hingga reformasi sistem pendidikan.
“Kami tidak ingin reformasi berhenti di tengah jalan. Ada banyak ketidakadilan yang harus dibenahi, mulai dari politik, hukum, hingga pendidikan. Suara mahasiswa adalah suara rakyat,” ujar salah satu perwakilan mahasiswa dengan nada tegas.
Isu pendidikan mendapat sorotan khusus. Mahasiswa menuntut adanya pembentukan Satgas Pemberantasan Mafia Pendidikan, sekaligus menyoroti ketidakmerataan beasiswa bagi mahasiswa dari kalangan ekonomi lemah. “Kami melihat masih banyak mahasiswa yang seharusnya layak mendapatkan beasiswa, tapi justru terabaikan. Ini harus ditindaklanjuti,” tegas perwakilan BEM dari Universitas Krisnadwipayana.

Diskusi berlangsung hangat, dengan mahasiswa mengajukan data dan kajian tambahan sebagai bahan pertimbangan kebijakan. Dari soal RUU Partai Politik hingga RUU Perampasan Aset, semua ditaruh di atas meja pembahasan.
Di akhir pertemuan, ada optimisme. Meski jalan panjang reformasi masih penuh tantangan, suara mahasiswa kini sudah mendapat ruang di istana.
“Ini bukan akhir, tapi langkah awal. Kami akan terus mengawal, karena demokrasi hanya bisa tumbuh jika rakyat muda berani bersuara,” tutup Koordinator Daerah BEM Nusantara DKI Jakarta.
Audiensi pun ditutup dengan komitmen bersama bahwa suara dari jalanan tidak akan lagi dianggap bising, melainkan menjadi bahan bakar perubahan.
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement
