Sejarah Asian Games: Infrastruktur Dan Kebersihan Lingkungan di Jakarta saat Asian Games ke-18 - Image from bbc.com
Jakarta, Bolong.id - Banyak hal dibenahi menjelang Asian Games ke-18 di Jakarta, 2018. Antara lain, menyangkut infrastruktur, keselamatan orang, serta kebersihan lingkungan.
Dilansir dari wikipedia.org, setelah Hanoi, Vietnam, kota tuan rumah yang semula dipilih oleh Dewan Olimpiade Asia, abstain pada 2014 mengingat masalah pendanaan, pemerintah Indonesia mengambil alih. Percaya bahwa persiapan untuk dua kota tuan rumah hanya akan memakan waktu empat tahun.
Namun, pekerjaan di dua kota tuan rumah tertunda pada tahun 2015 karena kurangnya dana pemerintah.
Jakarta, kota paling padat di dunia, sedang membangun jaringan kereta bawah tanah. Namun, pekerjaan itu tidak selesai, bahkan hingga 2019. Sehingga panitia penyelenggara mengusulkan untuk menutup sekolah selama acara, mengurangi perjalanan jutaan siswa.
Pihak berwenang juga mengusulkan untuk membangun jalan tol khusus dan jalur khusus bus untuk pejabat dan kontingen selama acara tersebut, dan untuk menerapkan pembatasan lalu lintas ganjil dan genap untuk membatasi jumlah kendaraan di jalan.
Keamanan juga menjadi masalah besar. Beberapa bulan sebelum pembukaan, serangkaian serangan teroris di Indonesia menewaskan lebih dari selusin warga sipil, meningkatkan ketakutan.
Sekitar 100.000 personel keamanan, termasuk tim penjinak bom dan tim penembak jitu, dikerahkan di kota-kota tuan rumah Jakarta, Palembang dan Jawa Barat.
Polisi setempat menyatakan bahwa mereka telah menindak tersangka teroris dan penjahat jalanan kecil pada malam pertandingan.
Sebelumnya, Komite Olimpiade Malaysia telah menyatakan keprihatinan tentang keselamatan atlet negara itu, karena penggemar Indonesia sering memprovokasi atlet negara itu di lapangan dan di media sosial.
Polusi udara melanda kedua kota tersebut. Sering dianggap tidak aman oleh Organisasi Kesehatan Dunia, Jakarta telah bekerja keras untuk meningkatkan kualitas udara, tetapi pada awal Juli 2018 skor indeks kualitas udara rata-rata melebihi 100, mencapai 171 "tidak sehat" pada pukul 11:00 pada 17 Juli 2018.
Balapan berlangsung di musim kemarau dan Palembang terancam kabut asap akibat kebakaran di lahan gambut. Pejabat bermaksud menggunakan curah hujan buatan untuk titik api, sambil menyebarkan garam di awan yang sesuai. Pihak berwenang juga menutupi sungai limbah berbau busuk di dekat desa atlet dengan jaring nilon hitam. (*)
Advertisement