Christianto Wibisono - Image from Berbagai sumber
Bolong.id - Christianto Wibisono (10 April 1945 – 22 Juli 2021), dikenal juga dengan nama Oey Kian Kok (黄建国) adalah seorang analis bisnis keturunan Tionghoa Indonesia terkemuka di Indonesia. Ayahnya bernama Oey Koan Gwee (Huang Guan-guo) dan ibunya bernama Lo Tjoan Nio (Luo Zhuan-niang).
Beliau lahir di Jakarta, Jawa, Indonesia, dan besar di Semarang. Ia pindah ke Jakarta pada tahun 1964 untuk melanjutkan studinya di Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan, Universitas Indonesia. Di kampus, ia aktif sebagai editor dan penulis berbagai publikasi dari 1966 hingga 1970. Pada 1971 , ia adalah salah satu pendiri majalah mingguan Tempo tetapi berhenti dari majalah baru pada tahun 1973.
Ia melanjutkan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) di Universitas Indonesia pada tahun 1974 dan mendapatkan gelar pada tahun 1978. Sebagai aktivis pada tahun 1978 ia sangat menentang larangan pemerintah terhadap kebebasan pers.
Analisis kritis Wibisono terhadap geopolitik dan makroekonomi terus memainkan peran yang efektif dalam memastikan keterwakilan kepentingan nasional melalui kebijakan yang ditegakkan oleh para pengambil keputusan di Indonesia.
Selama 1978 hingga 1983 ia diangkat menjadi Pembantu Khusus mantan Wakil Presiden Indonesia, Adam Malik. Pada tahun 1980 ia mendirikan Pusat Data Bisnis Indonesia, sebuah konsultan bisnis terkemuka dan perusahaan data mining atau penggalian data, sambil secara konsisten menyajikan wawasan dan analisis politik dan ekonomi yang tajam melalui kolomnya di banyak media paling terkemuka di Indonesia seperti Kompas dan Suara Pembaruan antara lain .
Christianto juga penulis beberapa buku paling kontroversial di Indonesia, yaitu “Wawancara Imajiner dengan Bung Karno” yang mengungkap adegan-adegan rezim politik Indonesia yang berkuasa selama masa transisi presiden pertama dan kedua.
Pada tahun 1998, Christianto dan keluarganya pindah ke Washington D.C., AS, di mana ia terus memantau perkembangan Indonesia dan kawasan Asia Tenggara. Selama tinggal di AS, ia berhasil mendapatkan tawaran dari mantan presiden Indonesia Abdurrahman Wahid; untuk posisi kabinet teratas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada Juni 2001, yang kemudian ia tolak. Ia kembali ke Indonesia pada tahun 2006.
Beliau wafat pada 22 Juli 2021 akibat komplikasi penyakit setelah terinfeksi COVID-19(*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement