Lama Baca 4 Menit

Beginilah Kisah Seorang ABK yang Berhasil Kabur dari Kapal Tiongkok

16 June 2020, 11:02 WIB

Beginilah Kisah Seorang ABK yang Berhasil Kabur dari Kapal Tiongkok-Image-1

Polisi dan ABK yang berhasil kabur dari kapal Tiongkok - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Jakarta, Bolong.id - Reynalfi, pria asal Siantar, Sumatera Utara telah menjadi salah satu korban penipuan sindikat perdagangan manusia internasional. Beruntung dirinya berhasil kabur dari kapal Tiongkok yang telah memperbudak dirinya selama 7 bulan. Namun, mimpinya bekerja di sebuah pabrik Korea kandas, ia malah berakhir di sebuah kapal Tiongkok dan menjadi pekerja penangkap cumi yang diperlakukan kasar dan tidak layak. 

Reynalfi bersama seorang temannya, Andri, melompat di perairan Kepulauan Riau pada 7 Juni yang lalu dan berhasil diselamatkan oleh kapal nelayan setempat. Sebelumnya, ia bercerita akan permulaan bagaimana ia bisa sampai menjadi pekerja di kapal Tiongkok Lu Qing Yuanyu 901. "Awalnya saya diajak teman. Katanya ada kerjaan di Korea, di pabrik. Gajinya besar, Rp25 juta. Namanya mau ubah nasib, ya saya mau lah," paparnya. Ia juga harus membayar uang sebesar Rp 45 juta yang dikumpulkan dari keluarga-keluarganya untuk mengurus dokumen dan keberangkatannya. Namun siapa sangka, bukannya dibawa ke pesawat untuk menuju ke Korea, ia malah dibawa ke sebuah kapal.  

Ia sempat bertanya menggunakan bahasa isyarat apakah dia akan dibawa Korea, dan dijawab iya. Menempuh perjalanan 11 jam, Reynalfi dipindahkan ke sebuah kapal berbendera Tiongkok. Ia diberikan baju khusus ABK (anak buah kapal) sehingga membuatnya bingung. Di sana ia mendapatkan perlakuan yang kurang baik dan harus bekerja sedikitnya 20 jam sehari. Hawa dingin di kapal dan mata yang harus terbuka menjadi makanannya sehari-hari, ditambah hanya makan nasi satu kali sehari. Selebihnya hanya diberi makan mie dan kue pao. Total kru kapal berjumlah 31 orang dan 12 orang di antaranya adalah WNI.   

Melansir cnnindonesia.com, Tidak tahan dengan perlakuan yang ia terima, ia akhirnya mencoba menyusun rencana untuk melarikan diri dibantu oleh teman-temannya. Karena teman-teman yang lain beralasan takut, maka hanya Reynalfi dan Andrilah yang berani untuk kabur. Terombang-ambing di lautan selama 7 jam, Reynalfi dan Andri saling menjaga satu sama lain. Mereka saling berpelukan dan kakinya saling berkait agar tidak terpisah sehingga membahayakan mereka. Ketika menemukan kapal lewat, mereka selalu meminta pertolongan dengan membunyikan peluit dan menyalakan senter namun tidak ada yang melihat.  

Ketika ada sebuah kapal nelayan, mereka akhirnya dapat diselamatkan meski pada awalnya nelayan yang bernama Azhar tersebut ragu untuk menyelamatkan mereka. "Kami minta bantu, tapi dia menolak. Dia sempat tanya pakai bahasa Melayu dikiranya kami orang Singapura atau Malaysia. Tapi saya bilang kalau kami WNI. Barulah dia mau menolong dan disuruh naik ke kapalnya," cerita Reynalfi. Setelah berhasil dibawa ke daratan, Azhar langsung membawa mereka ke Polres Karimun. Reynalfi pun bersyukur dirinya masih bisa hidup hingga saat ini. Namun rasa sedih dan kecewa masih berkecamuk di dalam hatinya. "Saya bersyukur bisa selamat dan keluarga saya juga sudah tahu. Ini pelajaran bagi saya dan semoga tidak terjadi sama yang lain. Semoga semua pelaku cepat tertangkap," tutup Reynalfi.*