Lama Baca 3 Menit

Diari Hu Shih Berusia 100 Tahun Terjual Seharga Rp306,6 Miliar di Lelang

21 October 2020, 07:00 WIB

Diari Hu Shih Berusia 100 Tahun Terjual Seharga Rp306,6 Miliar di Lelang-Image-1

Patung perunggu Hu Shih di Hu Shih Memorial Hall di Taipei, Tiongkok Tenggara, Taiwan - Image from GT

Beijing, Bolong.id - Satu set 18 manuskrip diari atau buku harian Hu Shih (胡适), salah satu pemimpin Gerakan Budaya Baru Tiongkok, tentang kehidupannya saat belajar di luar negeri terjual hampir CNY140 juta (USD 20,9 juta atau Rp306,6 miliar) pada Jumat (16/20/20) di Beijing, yang diyakini sebagai rekor buku harian termahal yang pernah dijual di lelang.

Naskah tersebut ditulis dari tahun 1912 hingga 1918 dan mencatat pemikiran dan peristiwa Hu selama studinya di AS, The Paper melaporkan pada Sabtu (17/10/20)

Hu adalah seorang filsuf, esais, dan diplomat Tiongkok. Saat ini ia dikenal luas sebagai kontributor utama liberalisme dan reformasi bahasa Tionghoa dalam pembelaannya untuk penggunaan vernakular penulisan Tionghoa. Ia pergi ke AS pada tahun 1910 dan menerima gelar doktor filsafat tujuh tahun kemudian.

Buku harian itu adalah buku catatan Universitas Cornell. Tidak tebal dan isinya kebanyakan ditulis dengan pena. Tulisan tangan sangat padat di kedua sisinya, dengan bahasa Tiongkok, ditulis dengan kolom vertikal, dan bahasa Inggris.

Beberapa tulisan tangannya tidak terbaca. Ia bisa menulis ribuan kata tentang aktivitasnya dalam sehari, sementara beberapa entri sangat singkat.

Buku harian itu juga menjadi pelampiasan emosional bagi Hu. Beberapa bagian dari buku harian itu menunjukkan bahwa pada masa awalnya di AS, Hu terobsesi dengan aktivitas hiburan seperti minum, bermain kartu, dan pergi ke bioskop, dan dia menyegarkan dan membebaskan dirinya dengan menulis buku harian.

Pelestarian manuskrip tersebut dianggap sebagai keajaiban oleh beberapa ahli karena berhasil bertahan selama puluhan tahun dari perang dan kerusuhan sosial di Tiongkok dan manuskrip tersebut berusia lebih dari 100 tahun.

Ketika berbicara tentang nilai manuskrip dan alasan mengapa itu dijual dengan harga tinggi, Liu Zheng, anggota Akademi Relik Kebudayaan Tiongkok, mengatakan kepada Global Times bahwa itu mencerminkan situasi sebenarnya dari siswa yang belajar di luar negeri pada awal abad ke-20.

"Ini buku harian seorang selebriti, tapi ini bukan tentang satu orang. Buku harian itu adalah materi berharga dan bukti komunikasi antara Tiongkok dan negara asing saat itu," kata Liu.

Liu senang melihat manuskrip-manuskrip tersebut dijual dengan harga setinggi itu karena itu adalah tanda tren baru bahwa orang mulai lebih peduli tentang fakta dan materi sejarah, sebagaimana dilansir dari Global Times. (*)