Lama Baca 6 Menit

Inilah Prioritas Agenda Kerjasama China-ASEAN

03 November 2020, 11:11 WIB

Inilah Prioritas Agenda Kerjasama China-ASEAN-Image-1

Para panelis The Third Virtual Jakarta Forum on ASEAN-China Relations - Image from Sekretariat FPCI

Jakarta, Bolong.id - Tiongkok akan memperkuat koordinasi dengan ASEAN untuk pengendalian pandemi jangka panjang, memajukan ekonomi, dan membangun komunitas Tiongkok-ASEAN lebih akrab.

“Bersama-sama kita mengubah krisis pandemi menjadi peluang, alih-alih membiarkannya menahan hubungan kita,” ujar Duta Besar Tiongkok untuk ASEAN, Deng Xijun pada Senin (2/11/20) dalam Jakarta Forum on ASEAN-China Relation in 2020 ketiga bertajuk Reinforcing Regional Economic Recovery amid COVID-19 (Memperkuat Pemulihan Ekonomi Regional di Tengah COVID-19) yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).

Dalam sambutannya, Deng Xijun meyakini hal-hal berikut ini bisa menjadi prioritas agenda kerja sama Tiongkok-ASEAN ke depan:

Pertama, Tiongkok-ASEAN perlu berjuang untuk kemenangan terakhir atas COVID-19.

Pengalaman Tiongkok membuktikan bahwa pemulihan ekonomi dapat terjadi dengan cepat hanya jika pandemi terkendali sepenuhnya. Sayangnya, COVID-19 masih berkecamuk di beberapa bagian dunia dan mungkin ada gelombang infeksi kedua.

“Kita tidak boleh meremehkan situasi ini, melainkan memperkuat kapasitas bersama kita dalam pencegahan, pengendalian, diagnostik dan pengobatan, dan memperkuat kerja sama dalam penelitian, pengembangan, produksi dan penerapan vaksin,” ujar Deng Xijun.

Sebagai salah satu pelopor global dalam pengembangan vaksin, Tiongkok memiliki empat kandidat vaksin dalam uji coba Fase III di luar negeri, termasuk Indonesia. Tiongkok baru-baru ini bergabung dengan COVAX, fasilitas vaksin COVID-19 global.

Deng Xijun mengakui Tiongkok akan dengan sungguh-sungguh memenuhi komitmennya untuk menjadikan vaksin sebagai barang publik global, setelah berhasil dikembangkan dan tersedia untuk digunakan.

“Kami akan mempertimbangkan kebutuhan ASEAN dan negara berkembang lainnya sebagai prioritas dan membantu ASEAN mengatasi pandemi,” tambahnya.

Kedua, Tiongkok-ASEAN perlu lebih mensinergikan strategi pembangunannya.

Tiongkok berharap dapat memperdalam kerja sama BRI dengan ASEAN, lebih mensinergikan pengembangan Wilayah Teluk Besar Guangdong-Hong Kong-Makau dengan Koridor Perdagangan Darat-Laut Internasional Baru dan memajukan proyek konektivitas regional.

Tiongkok akan memprioritaskan ASEAN dalam memperluas skala pertukaran mata uang, memperluas “jalur cepat” dan meningkatkan jumlah penerbangan komersial.

Tiongkok mementingkan aspirasi ASEAN untuk pemulihan ekonomi, mendukung penuh Kerangka Kerja Pemulihan Komprehensif ASEAN dan Rencana Implementasi dan siap untuk menjajaki kerja sama yang sesuai.

Ketiga, Tiongkok-ASEAN perlu menumbuhkan area pertumbuhan baru.

Prospek baru kerja sama terbuka di Tahun Kerja Sama Ekonomi Digital ASEAN-Tiongkok pada tahun 2020 dan Tahun Pembangunan Berkelanjutan ASEAN-Tiongkok pada tahun 2021.

Masih banyak lagi yang dapat dilakukan antara Tiongkok dan ASEAN dalam industri-industri yang sedang berkembang, seperti ekonomi digital , manufaktur cerdas, 5G, big data, dan kota pintar (smart cities). Bersama-sama kita juga bisa menjajaki kemitraan ASEAN-Tiongkok dalam ekonomi biru.

Negara-negara ASEAN diharapkan dapat memperkuat kapasitas industrialisasi dan daya saing di kawasan-kawasan inti, sehingga memanfaatkan sebagian besar peluang dalam Revolusi Industri keempat.

Keempat, Tiongkok-ASEAN perlu mengkonsolidasikan konsensus regional tentang multilateralisme.

Karena tahun ini menandai ulang tahun ke-10 Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-Tiongkok (ACFTA), Tiongkok dan ASEAN akan bersama-sama menerapkan Protokol Peningkatan ACFTA.

“Tiongkok akan menjadi tuan rumah International Import Expo dan China-ASEAN Expo bulan ini, dan kami sedang mengerjakan lebih banyak impor produk pertanian dari ASEAN, seperti beras, minyak sawit, dan buah-buahan tropis. 

Untuk memajukan hubungan kita, penting untuk memperjuangkan nilai-nilai solidaritas dan kolaborasi Asia kita, mendukung arsitektur kawasan yang berpusat di ASEAN, dan menjunjung multilateralisme serta kerja sama yang saling menguntungkan.

Sementara itu, penting juga bagi kita untuk menentang politik kekuasaan dan penindasan sepihak, menegakkan sistem perdagangan bebas global, dan mengupayakan penandatanganan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dalam tahun ini,” ujar Deng Xijun.

Deng Xijun menyampaikan, tinjauan sejarah menunjukkan bahwa krisis tidak pernah absen di Tiongkok dan ASEAN, baik itu krisis keuangan Asia, krisis keuangan internasional, SARS atau flu H5N1. Namun, Tiongkok dan ASEAN telah bertahan dalam setiap ujian waktu, dan hubungan Tiongkok-ASEAN hanya muncul lebih dekat dan kerja sama lebih kuat.

“Tahun depan menandai peringatan 30 tahun hubungan dialog ASEAN-Tiongkok. Saya percaya kerja sama kita yang berharga melawan virus dan pemulihan ekonomi regional akan mengantarkan hubungan Tiongkok-ASEAN ke tingkat yang lebih tinggi,” tambahnya (*)