Lama Baca 4 Menit

Rahasia Ekonomi China Bangkit Cepat Pasca Pandemi

25 November 2020, 15:06 WIB

Rahasia Ekonomi China Bangkit Cepat Pasca Pandemi-Image-1

Ilustrasi - Image from China US Focus

Beijing, Bolong.id - "Perekonomian Tiongkok 2020 tumbuh positif. Kami memproyeksikan pertumbuhan 1,9 persen tahun ini dan 8,2 persen tahun depan," kata Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional, pada Pemulihan ekonomi Tiongkok.

IMF juga memperkirakan bahwa ekonomi global akan menyusut 4,4 persen pada tahun 2020, penurunan tahunan terburuk sejak Depresi Besar tahun 1930-an. Tiongkok, bagaimanapun, diharapkan menjadi satu-satunya ekonomi besar yang mencatat pertumbuhan pada tahun 2020.

Lantas, bagaimana ekonomi Tiongkok berhasil pulih dari pandemi?

Pertama: Tiongkok berhasil mengatasi COVID-19

Pada awal 2020, Tiongkok memperkenalkan langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menahan virus, yakni menghentikan pergerakan masuk dan keluar dari Wuhan, pusat pandemi, dan 15 kota lain di Provinsi Hubei, rumah bagi lebih dari 60 juta orang. Penerbangan dan kereta api ditangguhkan, dan jalanan diblokir. Segera setelah itu, orang-orang di banyak kota di Tiongkok disuruh tinggal di rumah untuk menghindari penyebaran virus. Dan langkah-langkah itu berhasil.

Penahanan COVID-19 juga membantu ekonomi domestik pulih. Sebuah survei Kementerian Perdagangan menunjukkan penjualan ritel dan restoran Tiongkok mencapai CNY 1,6 triliun (USD 235,5 miliar atau Rp3,4 ribu triliun) selama liburan Golden Week, dengan penjualan harian naik 4,9 persen dibandingkan tahun lalu.

Kedua: Pengenalan kebijakan 'Sirkulasi Ganda'

Sirkulasi Ganda, istilah yang pertama kali diciptakan Mei 2020 ini, mengacu pada konsumsi dan inovasi domestik, yang dikenal sebagai sirkulasi internal, sebagai fokus ekonomi utama Tiongkok. Sementara ekspor dan perdagangan global, atau sirkulasi eksternal, akan mengambil kursi belakang. Ini mencerminkan perubahan besar dalam kebijakan ekonomi Tiongkok.

Ini adalah kebijakan yang dapat dikirimkan. Konsumsi swasta, misalnya, kurang dari 40 persen dari PDB dibandingkan dengan sekitar 70 persen di perekonomian Barat, dan dengan demikian memiliki ruang ekspansi yang signifikan.

Selain itu, rumah tangga Tiongkok memiliki tabungan yang sangat besar, diperkirakan sekitar 25 persen dari pendapatan yang dapat dibuang dan hutang konsumen. Dengan kebijakan insentif yang tepat, seperti tarif pajak yang rendah atau peningkatan investasi, 1,4 miliar konsumen dapat membuka ‘dompet’ mereka lebih luas, yang berpuncak pada dan menopang pertumbuhan ekonomi.

Ketiga: Keterbukaan terhadap investasi asing

Sebuah survei yang dilakukan oleh Kamar Dagang Amerika di Tiongkok menemukan bahwa bisnis Amerika di Tiongkok tetap menguntungkan.

Dilansir dari CGTN, di tengah pandemi, 90 persen dari mereka tetap bertahan atau meningkatkan investasi di Tiongkok. Hanya 4 persen responden yang mempertimbangkan untuk merelokasi manufaktur ke luar Tiongkok, dan salah satu motif utamanya adalah ketidakmampuan untuk menemukan cukup pekerja. Investasi berkelanjutan ke Tiongkok kemungkinan besar akan tetap menjadi norma. (*)