
Beijing, Bolong.id - Para pejabat negara-negara yang terlibat Belt and Road Initiative (BRI) berharap tinggi agar forum itu berperan besar dalam pembangunan rendah karbon global.
Dilansir dari China Daily (18/10/2023). Mereka menyampaikan hal tersebut dalam Seminar Membangun Visi Baru untuk Jalur Sutra Hijau, yang diselenggarakan oleh BRI International Green Development Coalition dan Foreign Environmental Cooperation, sebuah afiliasi dari Kementerian Ekologi dan Lingkungan Hidup Tiongkok, di Beijing pada hari Selasa.
BRI memiliki potensi besar untuk memperjuangkan perlindungan lingkungan dan aksi iklim, di samping pembangunan ekonomi, sosial dan budaya, kata Amy Khor, menteri negara senior Singapura untuk keberlanjutan dan lingkungan hidup.
"Selama karir saya, saya telah sering mengunjungi Tiongkok dan berpartisipasi dalam banyak kegiatan bilateral. Satu hal yang saya perhatikan adalah kemajuan yang menakjubkan yang dibuat oleh Tiongkok dalam hal keberlanjutan," ujarnya.
Tiongkok kini menjadi raksasa energi terbarukan dan pemimpin lingkungan yang terus berkembang di panggung global, lanjut Khor.
Tujuh dari 10 produsen modul fotovoltaik terkemuka di dunia berbasis di Tiongkok, dan negara ini merupakan produsen energi terbarukan terbesar, termasuk hidrogen. Proyek-proyek Tiongkok berkontribusi terhadap 80 persen pertumbuhan global tenaga angin pada tahun 2021, ujarnya.
Di bidang iklim, deklarasi China untuk mencapai puncak emisi karbon dioksida sebelum tahun 2030 dan mencapai netralitas karbon sebelum tahun 2060 akan menggerakkan upaya global untuk mengatasi perubahan iklim, tambahnya.
Kemitraan internasional sangat penting untuk mengatasi dampak buruk perubahan iklim. Hal ini akan membutuhkan tatanan global yang stabil di mana kita dapat bekerja sama secara produktif dan menyelesaikan perselisihan secara damai, tegas Khor.
Singapura telah bekerja sama erat dengan Tiongkok untuk berkontribusi pada pembangunan hijau global, katanya, mengutip sebagai contoh Kota Ramah Lingkungan Tianjin Tiongkok-Singapura, yang pembangunannya dimulai di Tianjin pada bulan September 2008.
Lokasi tempat kota ini berdiri telah diubah dari sebuah gurun dengan air yang tercemar menjadi sebuah kota yang hijau, layak huni dan cerdas yang dihuni lebih dari 100.000 orang, ujarnya.
"Tidak ada negara yang dapat mencapai ambisi iklim mereka dengan melakukannya sendiri. Ketika kita mendorong dunia yang lebih hijau, ada kebutuhan mendesak bagi kita untuk berkolaborasi dengan mitra yang berpikiran sama dan mempromosikan arsitektur regional yang memfasilitasi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan," kata Khor.
"Ada banyak peluang ke depan bagi kita semua, baik pemerintah maupun pelaku bisnis, dan saya berharap kita akan memanfaatkannya untuk membangun dunia yang lebih berkelanjutan dan Jalur Sutra yang lebih hijau bersama-sama."
Menyoroti serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Tiongkok untuk mempromosikan BRI hijau, Zhao Yingmin, wakil menteri ekologi dan lingkungan Tiongkok, menyerukan kepada negara-negara untuk meningkatkan pertukaran pengalaman pembangunan hijau, dengan memanfaatkan sepenuhnya platform yang dibentuk di bawah inisiatif ini.
"Dalam menghadapi tantangan suram dari perubahan iklim global, tidak ada negara yang kebal. Komunitas internasional harus menjalin sinergi yang kuat untuk memastikan pembangunan hijau, rendah karbon, dan berkelanjutan di seluruh dunia," katanya.
Dengan memanfaatkan sepenuhnya BRI International Green Development Coalition dan platform serupa lainnya, negara-negara harus memperdalam pertukaran dan membangun jaringan untuk peningkatan kapasitas guna memfasilitasi berbagi filosofi dan praktik-praktik yang layak dalam pembangunan hijau dan rendah karbon, katanya.
"Mari kita bekerja sama untuk mengeksplorasi peluang pembangunan rendah karbon dan membangun visi baru untuk Jalur Sutra hijau dengan melakukan pertukaran yang lebih mendalam, meningkatkan pertukaran pengalaman dan membangun sinergi yang kuat," katanya.(*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement