Lama Baca 3 Menit

PM Singapura: Tiongkok Tak Bisa Gantikan Peran Keamanan AS di Asia Pasifik

06 June 2020, 14:27 WIB

PM Singapura: Tiongkok Tak Bisa Gantikan Peran Keamanan AS di Asia Pasifik-Image-1

Lee Hsien Loong (李显龙) - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Singapura, Bolong.id - Lee Hsien Loong (李显龙), Perdana Menteri Singapura mulai buka suara menanggapi ketegangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat (AS) dalam beberapa waktu terakhir. Menurut Lee, peran keamanan yang dijalankan AS di Asia Pasifik tidak dapat digantikan oleh Tiongkok meskipun kekuatan militer Tiongkok kini semakin canggih. "Karenanya kehadiran AS tetap vital bagi keamanan di kawasan Asia-Pasifik," ujar Lee.     

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Kantor Urusan Luar Negeri Singapura, Lee membahas mengenai upaya klaim maritim dan teritorial Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan. Dirinya juga menuliskan bahwa banyak negara di Asia Tenggara yang sangat sensitif mengenai perspektif Tiongkok yang memiliki pengaruh besar terhadap etnis minoritas Tionghoa di wilayah Asia Tenggara. Selain itu, Lee juga mengungkapkan, jika terjadi penarikan pasukan AS di Asia Utara, maka ditakutkan akan memaksa Jepang dan Korea Selatan untuk mengembangkan senjata nuklir guna menghadapi ancaman Korea Utara yang semakin meningkat. 

Sebagai negara yang paling vokal di Asia, Singapura terus menyerukan AS dan Tiongkok untuk menghindari bentrokan destruktif yang akan memaksa negara-negara kecil untuk berpihak. Dilansir dari laman kontan.co.id, Lee menyatakan, jika AS terus berusaha menahan Tiongkok, dan Tiongkok juga terus berusaha membangun pengaruh eksklusif di Asia, maka diperkirakan akan terjadi konfrontasi antara dua kekuatan besar selama beberapa dekade yang akan membahayakan Asia. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal buruk tersebut ia menyerukan bahwa hubungan kolaboratif yang terbentuk dalam kerangka kerja peraturan multilateral yang disepakati akan mendorong sistem yang membebankan tanggung jawab dan pengekangan pada semua negara. 

“Wajar jika kekuatan besar bersaing. Tetapi kapasitas mereka untuk kerja sama adalah ujian nyata dari tata negara, dan itu akan menentukan apakah umat manusia membuat kemajuan dalam masalah-masalah global seperti perubahan iklim, proliferasi nuklir, dan penyebaran penyakit menular," tulisnya.*