Lama Baca 4 Menit

COVID-19 Dapat Sebabkan Disfungsi Ereksi pada Pria

10 December 2020, 08:28 WIB

COVID-19 Dapat Sebabkan Disfungsi Ereksi pada Pria-Image-1

COVID-19 Dapat Sebabkan Disfungsi Ereksi pada Pria - gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Jakarta, Bolong.id - Terdapat studi terbaru mengenai COVID-19 yang menjelaskan dampak virus pada kesehatan seksual dan reproduksi pria. Studi tersebut menemukan korelasi antara penyintas COVID-19 dan disfungsi ereksi (DE).

Penelitian menunjukkan terdapat tiga faktor yang menyebabkan timbulnya DE pada pria yang pernah terkena virus, yaitu efek vaskular, dampak psikologis, dan kerusakan kesehatan secara keseluruhan.

Pertama, efek vaskular. Fungsi ereksi merupakan prediktor penyakit jantung, sehingga kita tahu bahwa sistem vaskular dan sistem reproduksi saling berhubungan. Sementara itu,  COVID-19 dapat menyebabkan hiperinflamasi di seluruh tubuh, terutama di jantung dan otot di sekitarnya.  Pasokan darah ke penis bisa tersumbat atau menyempit akibat kondisi vaskular memburuk yang disebabkan virus.

Kedua, dampak psikologis. Aktivitas seksual sangat erat kaitannya dengan kesehatan mental.  Stres, kecemasan, dan depresi yang disebabkan oleh virus dan pandemi dapat dikaitkan dengan disfungsi seksual dan suasana hati yang buruk.

Ketiga, kerusakan kesehatan secara keseluruhan. DE biasanya merupakan gejala dari masalah yang mendasari. Pria dengan kesehatan yang buruk memiliki risiko lebih besar untuk mengembangkan DE dan juga memiliki reaksi parah terhadap COVID-19. Karena virus dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan, sehingga kesehatan yang buruk secara umum dapat menyebabkan DE dan komplikasi lainnya.

“Disfungsi ereksi bisa menjadi penanda kesehatan secara keseluruhan,” jelas ahli urologi Ryan Berglund, MD. "Jadi, khususnya bagi orang muda dan sehat yang tiba-tiba mengalami disfungsi ereksi, dan terutama setelah terkena COVID-19, ini bisa menjadi tanda sesuatu yang lebih serius sedang terjadi."

Penyebab lain yang perlu diperhatikan terkait penelitian ini adalah potensi kerusakan testis yang dapat terjadi setelah infeksi COVID-19. Masih terlalu dini untuk mengetahui apakah kerusakan tersebut bersifat permanen, sementara, atau dapat mempengaruhi kesuburan. Usia juga merupakan aspek penting untuk dipertimbangkan, karena usia merupakan faktor risiko untuk mengembangkan DE dan kasus COVID-19 yang parah.

“Ada penelitian yang menunjukkan bahwa mungkin terdapat efek kardiovaskular dan efek medis lain yang muncul dari COVID-19, tetapi jawabannya masih terlalu dini untuk mengatakan semua adalah efek jangka panjang dari virus itu,” kata Dr. Berglund. “Kami tahu ada sejumlah cara berbeda yang menyebabkan virus dapat menyebabkan disfungsi ereksi, tetapi lebih banyak penelitian diperlukan sebelum kami tahu pasti.”

 “Studi ini adalah contoh penting lainnya dari ketidaktahuan tentang efek jangka panjang dari virus,” kata Dr. Berglund.  “Diperlukan lebih banyak waktu dan penelitian sampai kami memiliki pemahaman yang lebih baik. Itulah mengapa sangat penting untuk mengikuti pedoman keselamatan, menganggapnya serius, dan memperlambat penyebaran." (*)