
Menteri Luar Negeri Thailand Sihasak Phuangketkeow berbicara dalam sebuah konferensi pers di Kementerian Luar Negeri Thailand di Bangkok, Thailand, pada 13 Desember 2025. (Xinhua/Sun Weitong)
BANGKOK, 14 Desember (Xinhua) -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Thailand Sihasak Phuangketkeow dalam sebuah konferensi pers pada Sabtu (13/12) mengatakan bahwa ranjau darat yang menewaskan personel militer Thailand di sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja sengaja dipasang oleh Kamboja, bukan akibat "kecelakaan," seraya mengungkapkan kekecewaan terhadap pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di media sosial terkait hal itu.
Dikatakan Sihasak, pihak AS mungkin tidak sepenuhnya memahami fakta-fakta atau mungkin menerima informasi yang tidak akurat. Dia menyebut tujuh kasus yang terdokumentasi mengenai penempatan ranjau darat oleh Kamboja di sepanjang perbatasan, sebagaimana diverifikasi oleh pengamat independen, serta serangan roket BM-21 yang direncanakan secara sengaja terhadap kawasan sipil Thailand.
Membantah klaim Trump terkait respons yang berlebihan, menlu tersebut menekankan bahwa respons negaranya proporsional dengan serangan yang telah dialami Thailand.
Sihasak mengatakan rakyat Thailand kecewa atas komentar Trump yang menyebut ranjau pinggir jalan itu, yang menewaskan dan melukai sejumlah tentara Thailand, sebagai sebuah "kecelakaan." Pernyataan semacam itu telah menyakiti perasaan rakyat Thailand, imbuhnya lebih lanjut.
Sihasak juga menyuarakan kekhawatiran bahwa sekitar 6.000 hingga 7.000 warga Thailand terjebak di sisi Kamboja pos pemeriksaan perbatasan Poipet, sehingga tidak dapat kembali ke tanah air. Dia mengatakan Thailand tidak pernah menghambat repatriasi warga Kamboja yang tinggal di negaranya, sementara Kamboja berulang kali menunda pembukaan kembali perlintasan perbatasan.
Perdana menteri sementara Thailand, Anutin Charnvirakul, dan perdana menteri Kamboja, Hun Manet, mengatakan mereka telah berbicara via telepon secara terpisah dengan Trump pada Jumat (12/12) terkait konflik perbatasan tersebut.
Pada hari yang sama, Trump mengunggah di media sosial bahwa kedua pemimpin telah sepakat untuk memberlakukan gencatan senjata, efektif mulai Jumat malam waktu setempat.
Sementara itu, Anutin dalam unggahan di media sosial pada Sabtu mengatakan negaranya akan terus melanjutkan operasi militer hingga wilayah dan rakyat Thailand tidak lagi berada di bawah ancaman. Selesai
Advertisement
