Lama Baca 11 Menit

Teks lengkap Duta Besar China untuk Indonesia di President University (Bagian 1)

04 June 2023, 08:49 WIB

JAKARTA, 2 Juni (Xinhua) -- Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok untuk Republik Indonesia, Lu Kang pada 31 Mei lalu diundang untuk berpidato di President University mengenai kebijakan Tiongkok dan hubungan Tiongkok-Indonesia serta isu-isu lain.

Teks lengkap Duta Besar China untuk Indonesia di President University (Bagian 1)-Image-1
Foto yang diabadikan pada 31 Mei 2023 ini menunjukkan Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok untuk Republik Indonesia, Lu Kang melakukan interaksi dengan para hadirin setelah menyampaikan pidato di President University. (Sumber: Kedutaan Besar Tiongkok di Indonesia)

Yang terhormat Dr. Darmono,

Yang terhormat Dr. Chairy,

Para anggota fakultas yang terhormat,

Para hadirin sekalian,

Senang sekali bisa bergabung dengan Anda sekalian, para anggota fakultas serta mahasiswa President University di sini, dan terima kasih telah memberikan kesempatan ini.

President University mungkin belum memiliki sejarah panjang, tetapi telah menjadi institusi internasional yang luar biasa dan modern hanya dalam waktu 21 tahun. Diakui secara luas oleh pemerintah dan masyarakat, universitas ini telah memberikan banyak kontribusi bagi pembangunan Indonesia. President University juga telah memberikan beasiswa kepada sekitar 500 mahasiswa Tiongkok, yang akan memainkan peran mereka dalam pertukaran bersahabat Tiongkok-Indonesia, terutama kerja sama ekonomi dan perdagangan. Sejak berada di sini, saya sudah terkesan dengan vitalitas para mahasiswa muda dan keragaman budayanya.

Saya diberi tahu bahwa President University dikhususkan untuk mempersiapkan pemimpin masa depan dengan kewirausahaan, integrasi lintas budaya, dan visi global. Apa pun bidang yang Anda pilih untuk menjadi pemimpin, dari sudut pandang ketiga dimensi di atas, Tiongkok tentunya menjadi topik yang harus Anda cermati. Faktanya, pembangunan, pilihan kebijakan, dan pengaruh Tiongkok di dunia telah menjadi topik yang sangat hangat akhir-akhir ini. Itulah mengapa saya berada di sini hari ini, untuk membagikan pandangan saya dan mendengarkan pandangan Anda.

Izinkan saya memulai dengan sebuah kisah nyata. Pada akhir 1960-an, seorang remaja di Beijing pergi ke sebuah desa kecil di Tiongkok barat laut. Dia menghabiskan tujuh tahun di sana sebagai petani. Pada saat itu, orang-orang menjalani kehidupan yang sangat sulit di daerah pedesaan Tiongkok. Mereka semua tinggal di "gua-gua tanah" dan tidur di "ranjang tanah". Tidak ada daging dalam menu makanan mereka selama berbulan-bulan. Yang paling didambakan oleh penduduk desa saat itu adalah mendapatkan daging dan bisa sering memakannya. Kemudian, si pemuda menjadi sekretaris cabang Partai Komunis Tiongkok (Communist Party of China/CPC) di desa tersebut dan bertekad untuk membebaskan penduduk desa dari belitan kemiskinan melalui pembangunan. Salah satu target pemuda itu adalah agar penduduk desa bisa mendapatkan daging dan bisa sering mengonsumsinya.

Puluhan tahun pun berlalu, dan pemuda ini telah tumbuh besar menjadi presiden Tiongkok, dan itulah kisah Presiden Xi Jinping. Saat dirinya kembali ke desa kecil itu setengah abad kemudian, dia melihat jalanan yang beraspal. Kini, penduduk desa tinggal di rumah-rumah yang terbuat dari batu bata dan ubin, serta telah memiliki akses internet dan layanan kesehatan. Para lansia mendapatkan perawatan dasar untuk usia lanjut. Anak-anak dapat bersekolah. Dan tentunya, daging selalu tersedia.

Para hadirin sekalian,

Kisah ini bisa menjadi kisah siapa pun di Tiongkok selama beberapa dasawarsa terakhir. Ini merupakan kisah tentang "Modernisasi Tiongkok".

Modernisasi Tiongkok, yang dieksplorasi oleh rakyat Tiongkok di bawah kepemimpinan CPC, merupakan jalur pembangunan yang sesuai dengan kondisi Tiongkok. Dua tahun yang lalu, pada peringatan 100 tahun CPC, saya mengundang beberapa diplomat asing untuk mengunjungi kompleks bersejarah di Beijing tempat CPC memimpin rakyat Tiongkok memenangkan revolusi. Para diplomat Barat tersebut juga bertanya-tanya bagaimana CPC bisa sukses dan memenangkan dukungan dari mayoritas besar rakyat Tiongkok.

Modernisasi Tiongkok merupakan modernisasi yang berorientasi pada rakyat, sangat berbeda dengan model Barat. Ada lima karakteristik dasar yang menyertainya:

--- Ini adalah modernisasi populasi yang sangat besar. Tiongkok sedang berupaya mencapai modernisasi bagi lebih dari 1,4 miliar orang, jumlah yang lebih besar daripada gabungan populasi seluruh negara maju. Ini merupakan tugas dengan tingkat kesulitan dan kompleksitas yang tiada banding. Tiongkok berkomitmen untuk menempuh jalur yang sesuai dengan kondisinya sendiri. Kami bertekad untuk mengambil kendali penuh atas pembangunan dan kemajuan negara kami sendiri.

--- Ini merupakan modernisasi kemakmuran bersama. Hal tersebut pada dasarnya berbeda dengan modernisasi yang berpusat pada modal. Komunis Tiongkok menganut filosofi pembangunan yang berorientasi pada rakyat. Mencapai kemakmuran bersama merupakan ciri khas sosialisme dengan karakteristik Tiongkok. Tiongkok berusaha keras untuk mempertahankan serta mendorong keadilan dan kesetaraan sosial, sehingga modernisasi memberikan manfaat bagi seluruh rakyat secara adil.

--- Ini merupakan modernisasi dari kemajuan material maupun budaya-etis. Tiongkok terus meningkatkan kondisi material demi kesejahteraan masyarakat, seraya meneruskan warisan budayanya.

--- Ini adalah modernisasi keharmonisan antara manusia dan alam. Tiongkok berkomitmen pada pembangunan berkelanjutan. Presiden Xi Jinping menunjukkan bahwa "perairan yang jernih dan pegunungan yang subur merupakan aset yang tak ternilai harganya" dan "kita harus melindungi alam dan melestarikan lingkungan seperti kita melindungi mata kita sendiri." Kata-kata tersebut sangat populer di kalangan masyarakat Tiongkok. Kami akan terus mengupayakan pembangunan sehat yang meliputi peningkatan produksi, standar hidup yang lebih tinggi, serta lingkungan yang lebih baik.

--- Ini merupakan modernisasi pembangunan yang damai. Tidak seperti kekuatan-kekuatan Barat dalam sejarah dunia modern, Tiongkok menjadi perekonomian besar tanpa melalui perang, dan tanpa melalui penjarahan. Sebaliknya, Tiongkok berkomitmen pada jalur perdamaian, pembangunan, kerja sama, dan manfaat bersama. Pendekatan baru ini membuktikan bahwa sebuah negara besar dapat mengejar pembangunan tanpa menggunakan banyak bom, memicu konflik etnis, dan mengakibatkan keterbelakangan kepada negara lain.

Modernisasi Tiongkok menciptakan peluang-peluang baru bagi perekonomian lain, termasuk Indonesia, dan memberikan lebih banyak pilihan bagi negara-negara berkembang lainnya dalam mengejar modernisasi.

Para hadirin sekalian,

Bagaimana perkembangan Tiongkok relevan dengan Indonesia? Izinkan saya berbagi pemahaman dari pengalaman pribadi saya selama 15 bulan di Indonesia, dan jika boleh, melalui kisah "satu orang" dan "satu jalan".

--- Satu orang. Namanya Fitriani, seorang engineer baru di Kawasan Industri Tsingshan, sebuah perusahaan patungan modern Tiongkok-Indonesia di bidang industri nikel di Sulawesi Tengah. Saya bertemu dengannya saat berkunjung ke sana beberapa bulan yang lalu. Dia sedikit pemalu, tetapi seperti kebanyakan anak muda Indonesia, dia penuh semangat dan tidak ragu-ragu menghadapi tantangan. Dia baru saja lulus dari universitas dan menjadi karyawan Indonesia pertama di departemen teknologi proyek tersebut, bertanggung jawab atas peningkatan kualitas produk nikel, yang membutuhkan keterampilan tinggi. Dengan bimbingan dan bantuan dari rekan-rekannya yang berasal dari Tiongkok, Fitriani menguasai keterampilan kerja hanya dalam waktu empat bulan, dan menerjemahkan semua manual produksi ke dalam bahasa Indonesia, memfasilitasi transfer teknologi dan berbagi pengetahuan antara pekerja dari kedua belah pihak. Pada tahun kedua, tujuh karyawan Indonesia lainnya bergabung dengan departemen teknologi itu. Fitriani mengajari mereka semua pengetahuan dan keterampilan yang telah dia pelajari dari rekan-rekannya dari Tiongkok. Sangat mengesankan!

Di kawasan industri tersebut, saya diberi tahu bahwa satu pekerja terampil asal Tiongkok bertanggung jawab untuk membagikan pengetahuan dan keterampilannya kepada rata-rata lima hingga 10 karyawan lokal Indonesia. Tingkat penguasaan para peserta pelatihan lokal Indonesia akan menjadi indikator kinerja utama yang penting bagi pelatihnya, yakni pekerja terampil asal Tiongkok tersebut, serta berpengaruh pada pendapatan pekerja Tiongkok itu. Saat ini, hampir 80.000 karyawan lokal bekerja di kawasan industri itu. Sebagian besar dari mereka merupakan pekerja terampil. Sebanyak 2,2 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.969) pendapatan pajak telah diserahkan kepada pemerintah Indonesia.

--- Satu jalan. Jalan tersebut merupakan jalan beton sepanjang 50 kilometer yang dibangun untuk Desa Pollala di Sulawesi Timur oleh Kawasan Industri Delong, yang juga dikenal sebagai Kawasan Industri VDNIP, sebuah perusahaan patungan lainnya antara Tiongkok dan Indonesia. Jalan itu memangkas waktu tempuh ke bandara dari 2 jam menjadi 50 menit dengan mobil. Banyak warung bermunculan di sepanjang jalan tersebut, dan sebuah jalan komersial yang ramai muncul di penghujung jalan itu. Jalan itu disebut dengan jalan raya "Sabuk dan Jalur Sutra" oleh masyarakat setempat. Presiden Joko Widodo, dalam kunjungannya ke sana, memuji kontribusi yang diberikan para investor Tiongkok bagi pembangunan ekonomi dan sosial Indonesia.

Para hadirin sekalian,

Sebagai dua negara berkembang dan emerging market besar di dunia saat ini, Tiongkok dan Indonesia memiliki sejarah dan pengalaman pembangunan yang serupa. Keduanya berjuang untuk modernisasi, dan terdapat potensi kerja sama yang bahkan lebih besar lagi.

Kita sering melakukan pertukaran tingkat tinggi. Pada Juli lalu, Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan yang sukses ke Tiongkok, menjadi pemimpin asing pertama yang mengunjungi Beijing sejak Olimpiade Musim Dingin. Pada November lalu, Presiden Xi Jinping datang ke Bali untuk menghadiri KTT G20 dan kembali bertemu dengan Presiden Joko Widodo dalam waktu setengah tahun. Kedua presiden itu mencapai konsensus penting untuk bersama-sama membangun komunitas Tiongkok-Indonesia dengan masa depan bersama, memberikan cetak biru yang menyeluruh untuk hubungan bilateral kita.

Kerja sama ekonomi dan perdagangan sedang berkembang pesat. Menurut Bea Cukai Tiongkok, volume perdagangan bilateral mencapai 149 miliar dolar AS pada 2022, naik 19,8 persen secara tahunan (year on year/yoy). Tiongkok menjadi mitra dagang terbesar Indonesia selama 10 tahun berturut-turut. Menurut Kementerian Investasi Indonesia, investasi langsung dari perusahaan-perusahaan Tiongkok untuk Indonesia meningkat 160 persen, mencapai 8,23 miliar dolar AS pada 2022. Angka yang mencapai rekor tertinggi ini menjadikan Tiongkok sebagai sumber investasi asing terbesar kedua di Indonesia. Proyek-proyek unggulan seperti Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Koridor Ekonomi Komprehensif Regional, dan "Dua Negara, Taman Kembar" terus mengalami kemajuan. Bidang-bidang kerja sama baru seperti ekonomi digital, pembangunan hijau, dan kerja sama maritim terus berkembang, menyuntikkan dorongan baru ke dalam pembangunan komunitas Tiongkok-Indonesia dengan masa depan bersama.