Lama Baca 3 Menit

Akankah Tiongkok Mengalami Krisis Pangan?

02 April 2020, 19:54 WIB

Akankah Tiongkok Mengalami Krisis Pangan?-Image-1

Beras sebagai salah satu makanan pokok - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Baru-baru ini, enam negara pengekspor beras, Vietnam, Thailand, Kazakhstan, Mesir, Serbia, dan Kamboja mengumumkan adanya larangan ekspor. Pada tanggal 31 Maret 2020, WHO, PBB, dan WTO mengeluarkan sebuah pernyataan bersama menyerukan kepada negara-negara untuk mengambil langkah-langkah pengendalian pandemi sambil meminimalkan dampak pada pasokan makanan. 

Liu Shouying, Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Renmin Tiongkok, memandang masalah persediaan pangan di Tiongkok saat ini bukanlah masalah mengenai kuantitas, tetapi merupakan masalah struktur. Secara kuantitatif, jumlah persediaan makanan pokok seperti nasi dan gandum di Tiongkok sudah cukup. "Data menunjukkan bahwa, produksi gandum di Tiongkok berkisar antara 130-140 juta ton. Jumlah impor sekitar 5 juta ton; Total impor beras dan gandum Tiongkok pada tahun 2019 adalah 2,55 juta ton, terhitung untuk konsumsi domestik pada tahun itu. Sebesar 1,28%. Tiongkok memiliki sistem cadangan gandum yang relatif lengkap, dan persediaannya sangat besar, pastinya akan aman dalam masa krisis." ujarnya.

Namun, perlu dicatat bahwa tidak seperti gandum, beras, dan jagung, produk kedelai di Tiongkok selalu berasal dari impor, bahkan Tiongkok dapat disebut sebagai importir kedelai terbesar di dunia. Menurut data yang dirilis oleh Administrasi Umum Kepabeanan, total impor kedelai Tiongkok pada tahun 2019 adalah sebesar 85,511 juta ton. 

Liu Shouying pun menyimpulkan, "Meskipun dampak pandemi di Amerika Serikat, Brasil, dan Argentina pada ekspor kedelai masih dipantau, dalam jangka pendek, Tiongkok tidak dapat menebus kekurangan ini, karena pasokan kedelai Tiongkok pasti akan terpengaruh. Selanjutnya, jika aktivitas ekonomi dan kelancaran aliran distribusi tidak dapat kembali normal secara tepat waktu, kesulitan impor kedelai akan berimbas pada kenaikan harga”.