Lama Baca 2 Menit

Sebuah Studi Oleh Peneliti Amerika dan Inggris Buktikan Bahwa Data COVID-19 di Tiongkok Tidaklah Dimanipulasi

02 May 2020, 16:48 WIB

Sebuah Studi Oleh Peneliti Amerika dan Inggris Buktikan Bahwa Data COVID-19 di Tiongkok Tidaklah Dimanipulasi-Image-1

Data statistik - Image from Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.

Sebuah teknik pendeteksi kecurangan yang diakui secara global menunjukkan bahwa data COVID-19 Tiongkok tidak dimanipulasi. Penelitian yang melakukan pembuktian ini dilakukan oleh Christoffer Koch, seorang ekonom peneliti senior di Federal Research Bank of Dallas dan Ken Okamura, seorang peneliti di Oxford's Said Business School. 

Laporan tersebut menilai kebenaran sebuah data dengan menggunakan Hukum Benford, teknik pendeteksi keaslian data, "Kami tidak menemukan bukti bahwa Tiongkok memalsukan data COVID-19 mereka," kata mereka dalam penelitiannya. Hukum Benford digunakan untuk mendeteksi penipuan atau kekurangan dalam pengumpulan data berdasarkan distribusi digit pertama dari data yang diamati, cara ini banyak digunakan dalam bidang ekonomi dan akuntansi. Teknik ini juga digunakan untuk memeriksa laporan mingguan jumlah kasus positif dari 35 negara, selama pandemi H1N1, pada tahun 2009. Penelitian ini mengatakan bahwa: “Distribusi digit pertama dari kasus positif di Tiongkok sesuai dengan Hukum Benford.”

Sebelumnya dilaporkan bahwa Kota Wuhan memang merevisi jumlah kasus positif COVID-19, dengan menambahkan sejumlah 325 kasus tambahan, sehingga menjadi 50.333, juga menambahkan 1.290 kasus kematian tambahan sehingga menjadi 3.869. Hal ini dikarenakan adanya laporan yang salah atau tertunda. Penyesuaian serupa terlihat di wilayah Spanyol Catalonia, yang mengumumkan 3.242 kasus kematian tambahan, hampir dua kali lipat dari jumlah sebelumnya.