Kevin Mayer, Mantan CEO TikTok AS - Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.
Amerika Serikat, Bolong.id – Dilansir CGTN News, pada Kamis (29/8/20), CEO TikTok Amerika Kevin Mayer resmi mengundurkan diri hanya dua bulan setelah bergabung. Hal ini memicu rumor tentang alasan di balik pengunduran dirinya yang secara tiba-tiba.
Teori yang populer mengatakan, pengunduran diri Mayer disebabkan meningkatnya ketegangan politik antara AS dan Tiongkok, serta potensi larangan TikTok di AS.
Awal Agustus ini, Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang akan melarang TikTok di AS, jika tidak ada yang individu atau perusahaan Amerika yang membeli TikTok dalam kurun waktu 90 hari.
Tetapi alasan lain di balik pengunduran dirinya adalah benturan budaya bisnis antara perusahaan AS dan Tiongkok saat mempekerjakan personil senior.
Mayer adalah ketua Direct-to-Consumer and International Division di Walt Disney sebelum dipekerjakan sebagai CEO perusahaan induk TikTok, ByteDance, pada Juni lalu.
Namun kabarnya, peran Mayer di TikTok lebih dibatasi, menurut Arnold Ma, pendiri agensi digital Qumin, mungkin karena budaya bisnis "guanxi" (关系) Tiongkok.
Mayer menyinggung iklim politik saat ini melalui email kepada karyawan TikTok untuk mengumumkan pengunduran dirinya. Ia berkata: “Dalam beberapa minggu terakhir, karena lingkungan politik telah berubah tajam, saya telah melakukan refleksi yang signifikan tentang apa yang akan dibutuhkan oleh perubahan struktural perusahaan dan apa artinya bagi peran global.”
Arnold Ma menjelaskan, "Jadi, biasanya dalam budaya bisnis Tiongkok, ketika tim kepemimpinan berubah atau ketika seorang eksekutif senior baru bergabung dengan sebuah tim, ada periode untuk mengenal tim yang ada atau pendiri dan CEO yang sedang menjabat.”
“Anda perlu mengenal kolega Anda secara pribadi, seperti pergi keluar untuk makan malam dan makan siang. Bahkan bertemu dengan keluarga mereka sebelum mulai berbicara tentang bisnis. Perlu juga untuk benar-benar mengenal kolega dengan detail. Budaya bisnis ini hampir berbanding terbalik di Barat.”