Lama Baca 3 Menit

Washington Ingin Lebih Sedikit Orang Amerika Pahami Tiongkok

22 August 2020, 11:35 WIB

Washington Ingin Lebih Sedikit Orang Amerika Pahami Tiongkok-Image-1

Bendera Tiongkok dan Amerika Serikat -  Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.

Tiongkok, Bolong.id – Dilansir dari Global Times, Foreign Policy pada Rabu (19/8/20) menerbitkan sebuah artikel dengan judul, "Saatnya Universitas Barat Memutuskan Hubungan Mereka dengan Tiongkok,"

Artikel itu berisi tuduhan negatif terhadap Tiongkok. Termasuk pernyataan Departemen Luar Negeri AS bahwa Institut Konfusius Pusat AS adalah misi luar negeri, jadi salah satu argumen.

Banyak perusahaan AS berniat berbisnis dengan Tiongkok, misal, membeli TikTok yang dikembangkan Tiongkok, dan memahami Tiongkok di Institut Konfusius. Namun semua itu dianggap sebagai ancaman bagi negara mereka.

Pengamat politik Tiongkok menilai, citra AS sebagai negara nomor 1 di dunia akan runtuh jika terus menerus seperti itu. Dengan elit AS yang menjadi semakin konservatif dan proteksionis, menghipnotis superioritas AS dan mempertegas doktrin "America First".

Pengamat pendidikan berpendapat, universitas AS butuh interaksi dengan Tiongkok. Pertukaran yang meningkatkan keragaman akademik seperti itu dapat membantu universitas AS mendapatkan lebih banyak inspirasi dan mencapai lebih banyak terobosan dalam penelitian. Hal ini juga megacu pada universitas Barat lainnya.

Pertumbuhan eksplosif pertukaran orang-ke-orang antara Tiongkok dan AS dalam beberapa tahun terakhir adalah hasil dari permintaan kedua negara untuk pembelajaran timbal balik. 

Memutuskan hubungan dengan Tiongkok akan memutuskan suasana ramah untuk mempromosikan perkembangan akademis Amerika, dan menghambat kemajuan ilmu pengetahuan, budaya, dan pendidikan di AS.

Dalam upaya untuk mendorong pemisahan akademik, pemerintahan Trump menangguhkan Program Fulbright - program pertukaran pendidikan internasional yang didirikan oleh AS pada 1946. 

Margaret Lewis, seorang profesor hukum di Seton Hall University di New Jersey dan mantan penerima beasiswa Program Fulbright, menggambarkan langkah tersebut sebagai "membunuh diri sendiri (AS) untuk mengatakan bahwa kita kurang memahami Tiongkok."

Meskipun demikian, kesalahpahaman tentang Tiongkok mungkin yang diinginkan oleh beberapa elit AS. 

Dengan lebih sedikitnya orang Amerika yang tahu seperti apa Tiongkok yang sebenarnya, elit AS dapat memainkan trik mereka dengan lebih baik untuk menipu rakyat, dan mencapai tujuan politik mereka dengan menciptakan perselisihan baru untuk menjaga ketegangan antara Tiongkok dan AS. (*)