Joe Kaeser, CEO Siemens - Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.
Tiongkok, Bolong.id - Seorang ahli Tiongkok terkemuka dalam urusan Tiongkok-UE memperingatkan bahwa keputusan akhir Tiongkok tidak boleh dilanggar, setelah komentar yang mencuat baru-baru ini tentang Hong Kong dari bos Siemens Joe Kaeser, yang membuat geram netizen Tiongkok.
Kaeser, CEO industri asal Jerman, Siemens, baru-baru ini membuat pernyataan tentang Wilayah Administratif Khusus Hong Kong di Tiongkok demikian laporan dari Global Times, Minggu (13/9/20).
“Kami selalu berkata: Selama Beijing mematuhi perjanjian 'Satu negara, dua sistem', bisnis Jerman dapat menanganinya. Memang, pemahaman tak biasa ini masih belum dikonfirmasi dengan jelas oleh Tiongkok selama beberapa waktu,” kata CEO tersebut, 9 September lalu, yang diliput dalam sebuah surat kabar Jerman, Die Welt.
Meski berita tersebut berbahasa Jerman dan tidak diliput oleh situs berita terkemuka dalam bahasa Inggris, namun berita ini dilihat beberapa separatis Hong Kong, yang membuka akun twitter Kaeser untuk mengungkapkan rasa terima kasih.
Ucapan Kaeser tersebut memicu kemarahan netizen Tiongkok. “Tidak ada lagi belanja dari merek itu,” tulis salah satu pengguna Sina Weibo. “Mungkin ia menghasilkan terlalu banyak uang dari Tiongkok?” tulis netizen lain. “Siemens yang sombong dan suka meraup uang! Substitusi domestik akan membalas Anda, ”tulis pengguna Sina Weibo lain.
Sedangkan netizen lain mengatakan perusahaan atau pengusaha ‘jahat’ harus dimasukkan daftar hitam, jika mereka tidak tahu cara menghormati kedaulatan suatu negara. Terkait hal ini, Siemens tidak dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar pada Jumat (11/9/20).
Cui Hongjian (崔洪健), direktur Studi Uni Eropa di China Institute of International Studies (中国国际问题研究所) mengatakan kalau hal ini ada intinya.
Pasalnya, di tengah lingkungan internasional yang semakin tidak pasti, Tiongkok dan UE telah melihat kurangnya kepercayaan yang kian muncul. Sehingga hanya komunikasi bilateral yang dapat menyelesaikannya, kata Cui (崔).
Masuk akal bagi perusahaan Eropa yang beroperasi di Tiongkok untuk meningkatkan permintaan atau ekspektasi rasional, tetapi harus ada batasan yang jelas untuk menentukan cakupan masalah, dan masalah apa pun di luar ruang lingkup rasional tidak akan dapat diterima, tambahnya.
Para eksekutif senior perusahaan multinasional harus mengetahui bahwa kebijakan yang terkait dengan Hong Kong dan Xinjiang adalah urusan internal Tiongkok. Tidak ada negara atau individu lain yang memiliki hak atau alasan untuk campur tangan di dalamnya, Cui (崔) menekankan.
Menurut laporan sebuah media, pada 2019 lalu, Siemens melaporkan penjualan sekitar USD9,94 miliar atau sekitar Rp149 ribu triliun di Tiongkok, dan mempekerjakan lebih dari 35 ribu orang di negara tersebut. (*)
Advertisement