
Beijing, Bolong.id - Xiamen Airlines yang selama ini mengandalkan pesawat Boeing, baru saja menandatangani kesepakatan beli pesawat besar Airbus.
Dilansir dari Global Times, Jumat (23/9/22), pihak China Southern Airlines mengatakan, bahwa anak perusahaannya Xiamen Airlines menandatangani kesepakatan dengan Airbus untuk 40 pesawat A320 NEO dengan biaya USD4,848 miliar (sekitar Rp72,9 kuadriliun).
Pesawat tersebut dijadwalkan akan dikirim dari 2024 hingga 2027, menurut pengajuan yang diposting di Bursa Efek Shanghai.
Xiamen Airlines sebagian besar mengandalkan Boeing sejak didirikan pada tahun 1984. Pada paruh pertama tahun 2022, maskapai ini memiliki total 208 pesawat Boeing, termasuk seri 737, seri 787, dan seri 757. Akibatnya, Xiamen Airlines adalah maskapai penerbangan armada Boeing terbesar di China.
Pesawat seri 208 737 di Xiamen Airlines juga mencakup 10 pesawat 737 MAX, dan maskapai tersebut seharusnya menerima 17 pesawat 737 MAX baru, tetapi masih belum pasti kapan pengiriman akan dilanjutkan, menurut jiemian.com.
Tiongkok akan menyelesaikan proses untuk memperkenalkan kembali Boeing 737 MAX setelah penangguhan lebih dari tiga tahun karena masalah keamanan. Regulator penerbangan Tiongkok dan Boeing mengadakan pertemuan yang meninjau rencana pelatihan pesawat yang ditingkatkan untuk seri 737.
Pengamat pasar mengatakan Xiamen Airlines mungkin menghadapi kapasitas yang tidak mencukupi karena beberapa pesawatnya dilarang terbang dan pengiriman pesawat baru masih belum pasti.
Dalam tiga tahun terakhir, ukuran armada Xiamen Airlines hampir tidak berkembang. Laporan tahunan China Southern Airlines mengatakan bahwa pada akhir 2019, Xiamen Airlines memiliki 206 pesawat Boeing, hanya dua kurang dari 208 pesawat saat ini.
Laporan media mengatakan bahwa kesepakatan dengan Airbus diputuskan sebelum epidemi, dan yicai.com melaporkan pada September 2019 bahwa Xiamen Airlines mendapat persetujuan untuk pengenalan pesawat Airbus dari China Southern.
Xiamen Airlines melaporkan pendapatan sebesar 8,801 miliar yuan (sekitar Rp 8,5 kuadriliun) pada paruh pertama tahun 2022, penurunan tahun ke tahun sebesar 22,78%. Operator mengatakan pihaknya berencana untuk menyediakan dana untuk kesepakatan melalui operasi bisnis, pinjaman bank dan metode pembiayaan lainnya. (*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement