Lama Baca 4 Menit

Fenomena Langka “Asap Laut” di China, Apa Penyebabnya?

19 January 2021, 12:01 WIB

Fenomena Langka “Asap Laut” di China, Apa Penyebabnya?-Image-1

Fenomena Langka “Asap Laut” di China, Apa Penyebabnya? - gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Jinan, Bolong.id - "Asap laut" yang langka terlihat di perairan lepas pantai kota Qingdao, Provinsi Shandong, Tiongkok Timur, pada 7 Januari. Asap tebal menakjubkan yang mengepul tertiup angin menjadi pemandangan tidak biasa di tengah dinginnya musim. Sebenarnya, apa yang menyebabkan fenomena ini terjadi?

Dilansir dari Global Times, Selasa (19/1/2021), fenomena ini diciptakan oleh angin di bawah nol derajat yang dilaporkan terjadi di Qingdao yang kemudian bertemu dengan air yang relatif hangat.

Fenomena ini terkait dengan pemanasan global. Meskipun ada penurunan kecil dalam emisi karbon global karena pembatasan perjalanan dan aktivitas lain akibat pandemi COVID-19, suhu laut global terus memecahkan rekor pada tahun 2020, dengan sebuah studi baru-baru ini melaporkan suhu laut memecah rekor sejak 1955 dari permukaan hingga kedalaman 2.000 meter.

Temperatur laut akan terus meningkat pada abad ini dan akan mendorong kejadian cuaca yang lebih ekstrim seperti curah hujan yang intensif dan badai secara global. Sementara di Tiongkok, kenaikan permukaan laut global bersama dengan cuaca ekstrim dapat menyebabkan air laut membanjiri wilayah pesisir Tiongkok dan bahkan menggenangi beberapa wilayah.

Makalah yang ditulis oleh 20 ilmuwan dari 14 institut di seluruh dunia itu menemukan bahwa pada tahun 2020, 2.000 meter bagian atas lautan dunia menyerap 20 Zettajoule lebih banyak daripada tahun 2019.

“Jumlah panas itu bisa mendidihkan 1,3 miliar ceret, masing-masing berisi 1,5 liter air,” pungkas Cheng Lijing, penulis utama dan profesor di Pusat Internasional Ilmu Iklim dan Lingkungan, Institut Fisika Atmosfer dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok.

“Lebih dari 90 persen kelebihan panas akibat pemanasan global diserap oleh lautan, yang berarti pemanasan laut merupakan indikator langsung dari pemanasan global,” terang Cheng.

Karena respons laut yang tertunda terhadap pemanasan global, tren kenaikan suhu laut akan bertahan setidaknya selama delapan dekade, maka suhu laut akan naik tiga kali lipat dalam 80 tahun ke depan seperti yang terjadi dalam 60 tahun terakhir.

"Lautan yang lebih hangat akan mendorong curah hujan yang lebih tinggi saat badai, dan terutama angin topan, meningkatkan risiko banjir, dan kebakaran ekstrem seperti yang terjadi pada tahun 2020 akan lebih sering terjadi di masa depan," kata Cheng.

Cheng juga memperingatkan bahwa wilayah pesisir Tiongkok termasuk wilayah yang paling rentan di dunia terhadap kenaikan permukaan laut, dan peningkatan suhu laut akan menyebabkan naiknya permukaan laut yang akan mengikis daratan dan dalam situasi yang ekstrim dapat menggenangi daratan, memaksa orang-orang di wilayah pesisir untuk pindah.

Jadi, meski terlihat sangat menakjubkan dan tidak biasa, namun ternyata fenomena langka “asap laut” ini merupakan tanda bahwa bumi kita semakin memanas. (*)