Jakarta, Bolong.id - Kementerian Perindustrian Indonesia mengumumkan, Rabu (09/08), pembuat mobil Jepang, Mitsubishi Motors akan investasi Rp 5,7 triliun (375,25 juta USD) pada 2024 di Indonesia untuk memperluas kapasitas produksi.
Dilansir dari Reuters (09/08/2023). Perusahaan berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi hingga 250.000 unit per tahun pada 2024 dan memulai produksi kendaraan listrik baterai Minicab-MiEV di pabriknya di Indonesia pada akhir tahun ini.
Indonesia telah menawarkan insentif untuk menarik investasi dalam produksi kendaraan listrik. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, pemerintah sedang menimbang untuk menghapus bea masuk dan pajak pertambahan nilai untuk kendaraan listrik yang sudah dibangun sepenuhnya/completely built up (CBU).
“Kami optimistis jika diimplementasikan dapat mendongkrak investasi dan meningkatkan permintaan penggunaan kendaraan listrik,” kata Agus.
Seorang juru bicara Mitsubishi mengatakan para eksekutif dari kantor pusatnya di Tokyo pada hari Rabu bertemu dengan Agus untuk melakukan pembicaraan, menolak berkomentar lebih lanjut.
Di tempat lain, pembuat mobil berencana untuk memulai produksi kendaraan hybrid di Thailand awal tahun depan, sebuah langkah yang menandai pertama kalinya bagi perusahaan untuk memproduksi hybrid di luar negeri, surat kabar Nikkei Jepang melaporkan pada hari Rabu.
Mitsubishi menolak mengomentari laporan tersebut.
Setelah mengalami krisis penjualan di China, pembuat mobil Jepang menghadapi persaingan yang semakin ketat di Thailand dari saingan China khususnya karena pendekatan yang lambat terhadap EV.
Mitsubishi telah mengambil pukulan besar di China, di mana perusahaan patungannya dengan Guangzhou Automobile Group (GAC) (601238.SS) telah memangkas staf setelah produksi kendaraan utilitas sport Outlander Mitsubishi yang baru dihentikan beberapa bulan setelah diluncurkan pada bulan Desember.
Mitsubishi melaporkan gabungan penjualan ritel dan grosir di kawasan ASEAN sebanyak 120.000 kendaraan selama tiga bulan hingga 30 Juni, turun 1,6% dari tahun sebelumnya.
Di Thailand, penjualan eceran dan grosir merosot menjadi 17.000 unit selama periode tersebut, turun dari 25.000 unit pada tahun sebelumnya. (*)
Advertisement