Lama Baca 3 Menit

Tionghoa dalam Hubungan Panjang Indonesia-China

18 August 2023, 00:15 WIB

Tionghoa dalam Hubungan Panjang Indonesia-China-Image-1
Tionghoa dalam Hubungan Panjang Indonesia dan Tiongkok

Jakarta, Bolong.id - Hubungan Indonesia dan Tiongkok sudah lama. Secara resmi, hubungan Indonesia-Tiongkok dimulai1950, terputus pada 1967, dan dipulihkan pada tahun 1990 hingga sekarang. 

Namun, sejarah hubungan ini sebenarnya sudah berlangsung sejak abad ke-7 melalui perdagangan.

Interaksi ini menghasilkan berbagai elemen yang masih berdampak hingga saat ini, seperti komunitas Tionghoa, tradisi kuliner, seni kerajinan, dan agama. 

Semua dimulai dari kunjungan dagang yang berlanjut menjadi integrasi yang lebih mendalam, bahkan mencakup aspek imigrasi yang permanen.

Apabila diselidiki dengan lebih mendalam, para imigran Tionghoa ini berhasil menyatu dan menjadi bagian integral dari budaya, bahkan memiliki peran penting dalam perjalanan nasional dan perjuangan mencapai kemerdekaan.

Imigran Tionghoa

Beberapa ratus tahun yang lalu, gelombang imigran dari Tiongkok memutuskan untuk meninggalkan negeri asal mereka dan menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. 

Ada dua faktor yang menjadi latar belakang peristiwa ini, yaitu faktor ekonomi dan politik. Motif ekonomi menjadi alasan utama dalam upaya mencari penghidupan yang lebih baik, terutama karena sulitnya mendapatkan pekerjaan di Tiongkok pada masa itu. 

Faktor politik juga memiliki peran signifikan, karena banyak imigran Tionghoa yang meninggalkan tanah air mereka untuk menghindari penjajahan dan pengaruh kekuasaan asing. 

Hal ini terjadi terutama pada abad ke-12 dan ke-17, ketika Dinasti Mongol dan Dinasti Manchu memerintah di daratan Tiongkok.

Setelah itu, banyak dari imigran Tionghoa tersebut memilih untuk menetap dan membentuk keluarga, baik melalui pernikahan dengan warga lokal maupun dengan sesama imigran Tionghoa. 

Hal ini juga ikut berperan dalam membentuk prinsip multikulturalisme di Indonesia dengan adanya keragaman yang nyata.

Arus imigran Tionghoa semakin meningkat setelah Perang Candu yang berlangsung pada tahun 1839-1842. Pada masa itu, ekonomi Tiongkok yang sedang berada di bawah pemerintahan Dinasti mengalami keruntuhan. 

Sebagai akibatnya, banyak warga Tiongkok mencari peluang untuk kehidupan yang lebih baik melalui migrasi besar-besaran.

Beberapa tahun setelahnya, sekitar tahun 1860-1890, pemerintah Hindia Belanda yang menguasai wilayah Indonesia mulai membuka lahan-lahan untuk perkebunan dan pertambangan. 

Langkah ini secara signifikan mendorong dan memperbesar gelombang imigrasi Tionghoa ke daerah-daerah di sekitar lokasi pertanian dan pertambangan tersebut. 

Dukungan dari pemerintah Hindia Belanda dalam bentuk pelonggaran izin juga berkontribusi dalam mempercepat datangnya imigran Tionghoa dalam jumlah yang semakin besar. (*)

Informasi Seputar Tiongkok