Lama Baca 5 Menit

AS Ingin Hutang ke Tiongkok, Tanda-tanda Resesi?

22 May 2021, 14:31 WIB

AS Ingin Hutang ke Tiongkok, Tanda-tanda Resesi?-Image-1

Ekonomi AS - Image from Tencent News 

Beijing, Bolong.id - Dalam beberapa tahun terakhir, ekonomi Amerika Serikat terpantau menurun. Apalagi, dengan pandemi COVID-19, resesi ekonomi AS semakin nyata dan ketegangan sosial pun sempat meningkat.

Dilansir dari tulisan Xinjue Finance and Economics yang disadur Tencent News pada (22/05/2021), AS disebut telah mencoba menggunakan tenaga kerja murah dan memanfaatkan kebijakan preferensial dari negara-negara berkembang untuk menghasilkan lebih banyak keuntungan selama bertahun-tahun. Akibatnya, AS tidak memiliki sistem manufaktur yang lengkap serta mengandalkan industri teknologi informasi dan penjualan senjata untuk meningkatkan pendapatannya. Namun, dengan semakin meningkatnya kesadaran terhadap perdamaian, tentu pasar senjata pun turun drastis.

Masih menurut artikel Xinjue, Rusia dan negara-negara lain juga telah ikut terjun ke pasar penjualan senjata sehingga melemahkan profitabilitas industri senjata AS. Terkait industri teknologi, perang ekonomi dan perdagangan pada era Trump juga sempat menghambat perkembangan industri informasi AS. Pasalnya, kenaikan tarif yang dilakukan memberikan keuntungan jauh lebih kecil daripada keuntungan dari pajak yang hilang akibat pelarangan penjualan produk teknologi Tiongkok. Tak hanya itu, kondisi pandemi pun memberikan hantaman lebih jauh pada pendapatan pajak AS karena banyak perusahaan yang tidak dapat beroperasi secara normal.

Akhirnya, tingkat pengangguran di AS pun terus meningkat dan keresahan pun terjadi di masyarakat. Joe Biden, sebagai pemimpin negara AS pun harus memutar otak untuk mengembangkan ekonomi, meningkatkan tingkat pekerjaan, dan menghilangkan faktor-faktor ketidakstabilan sosial. Semua upaya ini membutuhkan dana besar, namun karena pendapatan yang minim, tidak banyak subsidi yang dapat AS berikan kepada warganya. Akhirnya, hutang pun menjadi jawaban yang AS ambil. Bahkan, Fujian Strait Consumer News mengatakan, AS berencana meminjam 40 triliun yuan ke Tiongkok.

Amerika Serikat Menaikkan Hutang di Seluruh Dunia

Xinjue Finance and Economics menjelaskan, dengan kurangnya uang dalam khas negaranya, AS pun terdorong untuk mencetak banyak uang yang akhirnya berdampak pada inflasi tidak hanya di AS namun secara global. Mengingat resiko ini, AS pun memutuskan untuk meminjam uang dari negara lain karena kecepatan penerbitan obligasi sangat tinggi, lebih cepat dan relatif lebih aman.

Akan tetapi, menurut pengamatan Xinjue, berbeda dengan masa lalu, penerbitan obligasi negara AS kali ini tidak akan sepopuler dulu. Dikatakan setidaknya 53 negara mungkin tidak akan tertarik karena mereka tidak optimis dengan perkembangan AS. Kekhawatiran terkait gejolak politik AS pun menjadi alasan mengingat aneka sanksi dan politik ekonomi ini dapat menjatuhkan ekonomi AS lebih jauh hingga AS tidak akan mampu membayar hutang-hutangnya.



AS Ingin Hutang ke Tiongkok, Tanda-tanda Resesi?-Image-2Dollar AS - Image from Tencent News 

Meski Menunjukkan Defisit, Fiskal AS Terlihat Hijau

Menurut data yang dirilis Departemen Keuangan AS, sejak Oktober 2020 hingga April 2021, defisit AS mencapai US$ 1,9 triliun. Dibandingkan dengan tahun lalu, pengeluaran pemerintah telah melampaui 4 triliun dolar AS. Namun, uniknya, AS terus menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan pendapatan bahkan hingga lebih dari 2 triliun dolar AS. Peningkatan defisit fiskal AS pun seperti menunjukkan kode kesehatan hijau, yaitu tanpa hambatan dan meningkat sepanjang jalan.

Ternyata, disebutkan oleh Xinjue Finance and Economics, angka yang baik ini ternyata dikarenakan penundaan perpajakan pada tahun 2020 saja. Diperkirakan defisit AS pada tahun 2021 dapat mencapai lebih dari 3 triliun dolar AS dan pada tahun 2031 defisit dapat mencapai 16 triliun dolar AS. Tak heran, karena risiko berinvestasi di obligasi AS terlalu besar, banyak negara di dunia mulai menjual obligasi AS. Tiongkok sendiri telah menjual 1.372 miliar yuan obligasi AS.

Xinjue Finance and Economics pun menilai, negara-negara dunia kini mempercepat gerakan "dedolarisasi" bahkan termasuk sekutu AS seperti Jepang dan Inggris. Jika Amerika Serikat tidak segera memperbaiki strateginya, hutang atau obligasi nasional AS mungkin akan semakin tidak bernilai. (*)


Informasi Seputar Tiongkok