Lama Baca 4 Menit

Mitologi China: Kuafu Mengejar Matahari

07 January 2022, 06:00 WIB

Mitologi China: Kuafu Mengejar Matahari-Image-1

Ilustrasi Kuafu Mengejar Matahari - Image from Dari berbagai sumber. Segala keluhan terkait hak cipta silahkan hubungi kami

Bolong.id - Pada zaman kuno, di utara Tiongkok, tepatnya di Chengdu, ada Gunung Zaitian yang megah. Di Gunung itu hiduplah sebuah klan raksasa yang disebut klan Kuafu (夸父). Kuafu sendiri adalah nama dari pemimpin klan raksasa tersebut.

Dilansir dari 趣历史 pada (4/1/2022), pemimpin raksasa tersebut sangat tinggi, kuat, berkemauan keras, dan disegani. Pada saat dunia masih sepi dan terbelakang, ular berbisa dan binatang buas merajalela, Kuafu memimpin pasukannya untuk bertarung melawan binatang buas demi bertahan hidup. Setiap hari Kuafu sering menggantung ular kuning ganas yang ditangkapnya di telinganya sebagai hiasan, dan dia bangga.

Pada suatu tahun, terjadi kekeringan yang parah. Matahari bersinar seperti api yang membakar tanaman di tanah dan mengeringkan air di sungai. Orang-orang merasa sangat kepanasan sehingga mereka tidak bisa hidup. Ketika Kuafu melihat situasi ini, dia memiliki ambisi untuk menangkap matahari.

Suatu hari, pada saat matahari terbit dari laut, Kuafu mengambil langkah besar dari Laut Timur untuk memulai perjalanannya. Matahari berputar cepat di langit, dan Kuafu mengejarnya terus menerus. Ketika lapar, dia memetik buah dikebun milik orang lain untuk dapat mengisi rasa laparnya. Ketika haus, dia kemuara sungai untuk menghilangkan dahaganya. Ketika dia lelah, dia hanya tidur siang. Dia juga memotivasi dirinya sendiri dengan berkata "sudah hampir waktunya mengejar matahari, agar kehidupan orang-orang bahagia."

Dia mengejar matahari selama sembilan hari sembilan malam. Ia pun semakin dekat dengan matahari, hingga saatnya ia merasakan panasnya matahari di atas kepalanya. Setelah melintasi gunung dan sungai, hingga akhirnya mengejar matahari di Yugu (禺谷). Pada saat ini, Kuafu sangat bersemangat. Namun ketika dia mengulurkan tangannya untuk menangkap matahari, ternyata ia sudah sangat kelelahan dan melemah. Kuafu merasa pusing dan pingsan. Ketika dia bangun, matahari sudah lama menghilang.

Kuafu (夸父) masih tidak putus asa. Dia mengerahkan seluruh kekuatannya dan bersiap untuk berangkat lagi. Tetapi, semakin dekat dengan matahari, semakin kuat matahari menyengatnya. Dia merasa semua air di tubuhnya telah menguap. Maka Kuafu berdiri dan berjalan ke Sungai Kuning sebelah tenggara. Ia membungkuk dan meminum air dari Sungai Kuning dan dia juga pergi untuk meminum air dari Sungai Weihe. Setelah meminum air dari Sungai Weihe dan masih belum menghilangkan dahaganya. Ia berencana pergi ke utara untuk minum air Daze. Namun, Kuafu terlalu lelah dan haus. Di tengah jalan, tubuhnya tidak bisa lagi menopangnya dan dia jatuh perlahan dan mati.

Setelah Kuafu meninggal, tubuhnya menjadi gunung besar. Ini adalah Gunung Kuafu yang terletak di antara Linghuyu dan Chiyu, 35 mil sebelah barat Lingbao, Provinsi Henan. Tongkat yang Kuafu lempar ketika dia mati berubah menjadi hutan persik seperti awan berwarna-warn. Tempat itu kini disebut Desa Taolin. (*)

Informasi Seputar Tiongkok