Lama Baca 5 Menit

Perbedaan Cancel Culture Korea dan China

26 October 2021, 17:04 WIB



Perbedaan
Cancel Culture Korea dan China-Image-1

Perbedaan Cancel Culture China dan Korea - Image from 百度

Bolong.Id – Artis atau dunia hiburan kerap kali terkena Cancel culture di beberapa negara. Tiongkok dan Korea Selatan adalah kedua negara yang cukup menarik perhatian publik belakangan ini karena dapat memboikot sederet artis.

Salah satu kasus terbaru ini adalah aktor asal korea Kim Seon-ho yang tersandung kasus hubungan pribadi dengan mantan kekasih di masa lalu dan dinilai banyak pihak berbeda dengan imej 'good boy' yang telah dibangun oleh sang aktor.

Beberapa hari setelah diberitakan, Kim Seon-ho meminta maaf kepada publik atas terjadinya hal tersebut. Hanya dalam waktu singkat, banyak pihak memutuskan hubungan dengannya. Bahkan ketika hal tersebut masih bersifat rumor.

Awal mulanya cancel culture terjadi ketika banyak pelaku pelecehan seksual dari kalangan publik figur yang diketahui masyarakat terlibat skandal kemudian ramai ditolak oleh masyarakat.

Sehingga, efek dari cancel culture dapat beragam. Misalnya, publik tak terima tokoh tersebut ada di televisi, karya-karya lama mereka ditolak, pembatalan iklan, hingga pembatalan kontrak kerja dan sebagainya. Hal tersebut juga terjadi di Tiongkok dan Korea Selatan.
Berikut gambaran cancel culture yang terjadi di Korea Selatan dan Tiongkok belakangan ini.

KOREA
Artis Korea yang di-cancel oleh netizen Korea (K-netz) adalah yang dinilai merusak moral. Beberapa hal yang menjadi pemicunya adalah tudingan bullying di masa lalu, sikap kasar atau tak sopan, serta pelecehan seksual. Tak hanya itu, hubungan pribadi di masa lalu juga menjadi perhatian penuh netizen yang memengaruhi perjalanan karier artis. 

Kritikus budaya pop Kim Hern-sik mengatakan korea netizen masih sangat menjunjung tinggi nilai dan etika. Sehingga, standar moral dinilai masih lebih tinggi daripada privasi artis. 

Profesor sosiologi di Universitas Kyung-hee Song Jae-ryong mengatakan situasi tersebut yang membuat para artis Korea menjadi 'korban' dari masyarakat Korea.

Ia juga menyoroti masyarakat Korea yang sangat menghormati dan menghargai kepatuhan serta kesesuaian mayoritas. Oleh sebab itu, tokoh publik di Korea berisiko diboikot apabila dianggap berperilaku berseberangan dengan masyarakat mayoritas.

"Orang Korea memiliki kecenderungan kuat memihak, terutama menempatkan mereka dari kelompok sosial yang berbeda di sisi yang berlawanan," tutur Song Jae-ryong seperti dilansir Korea Times beberapa waktu lalu.

TIONGKOK

Tiongkok memiliki perjalanan kisah berbeda mengenai Cancel Culture. Pelanggaran nilai dan moral juga menjadi penyebab seorang artis di-cancel, sebut saja Kris Wu yang disebut pernah melakukan pelecehan seksual kepada perempuan di bawah umur.

Tak lama setelah ditangkap atas dugaan itu, akun Weibo dan lagu serta karya lainnya langsung dihapus dari sejumlah platform.

Selain nilai dan moral, artis juga berisiko diboikot apabila dinilai tak sesuai dengan nasionalisme dan ideologi partai komunis yang menguasai Tiongkok, salah satunya adalah Zhang Zhehan.

Penyanyi sekaligus aktor ini diboikot ketika berada di puncak karirnya. Usai sukses membintangi Word of Honor, Ia masuk daftar hitam karena fotonya di depan Kuil Yasukuni pada 2018 viral pada Agustus 2021.

Kuil Yasukuni merupakan simbol penghormatan kepada tentara-tentara Jepang yang gugur pada perang dunia kedua. Itu menjadi tempat tabu bagi pelancong Tiongkok.

Sehingga, foto lama tersebut dinilai menandakan Zhang Zhehan abai sejarah dan tidak nasionalis. Zhehan kehilangan seluruh kerja sama iklan dalam empat jam. Otoritas Tiongkok, termasuk Komisi Pusat untuk Inspeksi Disiplin, langsung mengeluarkannya dari industri hiburan.

Asosiasi Seni Pertunjukan Tiongkok mengecam Zhan Zhehan karena dinilai merusak perasaan nasional dan membawa pengaruh buruk bagi generasi muda. Hal tersebutlah yang menjadi ciri khas cancel culture di Tiongkok. Sebagai negara komunis, pemerintah benar-benar memegang kendali di semua sektor masyarakat.

Zhang Zhehan meminta maaf dan mengaku malu karena ketidaktahuannya. Ia membantah mengetahui sejarah di balik bangunan tersebut dan abai sehingga tetap berfoto di depan Kuil Yasukuni.

Namun permintaan maaf Zhehan gagal menenangkan para pengkritik.

Secara garis besar, Tiongkok dan Korea memiliki ciri khas masing-masing ketika memboikot publik figur. Namun, keduanya memiliki persamaan yakni hal itu dilakukan untuk memberikan contoh kepada masyarakat (*)



Informasi Seputar Tiongkok