Lama Baca 4 Menit

Akulturasi Budaya China dalam Kesenian Wayang Jawa

21 November 2021, 13:00 WIB

Akulturasi Budaya China dalam Kesenian Wayang Jawa-Image-1

Pementasan wayang - Gambar diambil dari Internet, jika ada keluhan hak cipta silakan hubungi kami.

Jakarta, Bolong.id – Beragamnya budaya Indonesia menjadi ciri khas yang tak tergantikan dari bangsa ini. Salah satu bentuk keragaman itu adalah sejarah akulturasi budaya Tiongkok dan Jawa di Yogyakarta yang melekat pada seni wayang Tiongkok dan Jawa. 

Dilansir dari berbagai sumber, sejarah akulturasi budaya Tiongkok dan Jawa itu tampak pada sebuah pameran yang digelar di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta, bertajuk, Harmoni Tiongkok-Jawa dalam Seni Pertunjukan. Kepala Museum Sonobudoyo, Setyawan Sahli mengatakan bahwa pameran ini menitikberatkan pada akulturasi dua entitas budaya Tiongkok dan Jawa pada seni pertunjukkan.

Sejarah wayang Tiongkok Jawa 

Sejarah Wayang Tiongkok-Jawa (Wacinwa) sebagai salah satu bentuk akulturasi budaya Tiongkok dan Jawa, tampak pada penciptaan wayang tersebut oleh Gan Thwan Sing, pada tahun 1920-an di Yogyakarta. Gan Thwan Sing adalah seniman peranakan Tiongkok yang pertama kali mempopulerkan wacinwa pada tahun 1925-1960 M.

Kisah yang diangkat dalam pertunjukan wayang Tiongkok-Jawa ini, berangkat dari cerita legenda klasik Tiongkok. Pertunjukan wayang kulit Tiongkok-Jawa ini kerap dimainkan secara masif pada periode tersebut. 

Dalam perjalanannya, kini wayang unik ini tak lagi dimainkan dalam pertunjukan-pertunjukan seni pedalangan, dan telah berubah menjadi suatu koleksi bersejarah. Koleksi pertama wayang Tiongkok-Jawa ini tersimpan di Art Gallery, Universitas Yale Amerika Serikat, sedangkan koleksi kedua, kini tersimpan di Indonesia yakni di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta. Kedua koleksi wayang Tiongkok Jawa ini memiliki penceritaan yang berbeda, yakni kisah tentang Ceng Tsi dan Ceng Tang.

Akulturasi Budaya China dalam Kesenian Wayang Jawa-Image-2

Pementasan wayang - Gambar diambil dari Internet, jika ada keluhan hak cipta silakan hubungi kami.

Legenda klasik Tiongkok Cerita wayang yang diangkat dalam koleksi yang dipamerkan di Museum Sonobudoyo hingga 27 Maret 2021 mendatang ini, mengisahkan tentang Ceng Tang. Kisah Sie Jin Kwie Ceng Tang atau Sie Jin Kwie Menyerbu ke Timur, mengisahkan kepahlawanan seorang tokoh bernama Sie Jin Kwie yang mencapai pangkat Peng Lauw Ong, yakni pangkat kebesaran sebagai Raja Muda. 

Dikisahkan Sie Jin Kwie melakukan penyerbuan bersama pasukan Kerajaan Tong untuk menumpas seluruh pasukan di bawah kepimpinan Panglima musuh Kerajaan Ko Lee Kok. Wayang Tiongkok Jawa dalam koleksi yang dipamerkan dalam pameran Harmoni Tiongkok-Jawa dalam Seni Pertunjukan ini cukup kaya akan karakter yang beragam. 

Di antaranya tokoh-tokoh dewa dan dewi, kaisar, tokoh pendeta, bangsawan laki-laki dan perempuan, prajurit, panglima, jenderal, dayang-dayang istana, rakyat hingga pedagang. Keberadaan wayang kulit Tiongkok Jawa ini menjadi petunjuk sejarah yang penting tentang hubungan kedua etnis ini di Indonesia dalam budaya seni pertunjukan. 

"Keterbukaan sosial-budaya di Yogyakarta sejak dulu mengajarkan masyarakat yang hidup saat ini tentang rasa inklusif antar golongan, yang tentunya dapat dilihat dari seni pertunjukan," jelas Setyawan. Selain wayang Tiongkok-Jawa, pameran ini juga menunjukkan bentuk-bentuk akulturasi budaya Tiongkok dan Indonesia seperti wayang potehi. 

Tak hanya wayang, sejarah akulturasi budaya Tiongkok dan Jawa pada seni juga lahir di dalam Keraton Yogyakarta, ditampilkan dalam pertunjukan tari, yakni Srimpi Muncar dan Beksan Menak Putri Adaninggar-Kelaswara. (*) 


Informasi Seputar Tiongkok