Lama Baca 3 Menit

AS Terus Retas Internet China, Menargetkan Rusia

13 March 2022, 10:57 WIB



AS Terus Retas Internet China, Menargetkan Rusia-Image-1

Ilustrasi statistik China - Image from Global Times

Bolong.id - Menurut laporan Kantor Berita Xinhua pada Jumat lalu, Pusat Darurat Internet Nasional Tiongkok menemukan bahwa sejak Februari, internet Tiongkok terus diretas oleh serangan siber dari luar negeri. 

Selain itu, melalui analisis, ditemukan bahwa alamat serangan ini sebagian besar berasal dari Amerika Serikat (AS).

Tujuan organisasi luar negeri yang melancarkan serangan dunia maya ini juga sangat jelas, yaitu menyerang Rusia, Belarusia, dll dengan mengendalikan komputer di Tiongkok. Sebanyak 87% dari mereka menargetkan Rusia.

Dikombinasikan dengan periode waktu di akhir Februari, tujuannya bisa dikatakan sangat jelas. Pada 24 Februari lalu anonymous, organisasi peretas terbesar di dunia juga "menyatakan perang" terhadap Rusia.

Dilansir dari 人民资讯 pada Jumat (11/3/20222), dilaporkan bahwa Pusat Tanggap Darurat Internet Nasional Tiongkok Telah menangani serangan secara maksimal dan tepat waktu.

Sebagai referensi, AS, baik swasta atau resmi, sebenarnya adalah "veteran" dalam serangan dunia maya. 

Pada awal tahun 2019, "Ikhtisar 2018 Situasi Keamanan Jaringan Internet Tiongkok" yang dirilis oleh Pusat Penanganan dan Koordinasi Teknologi Darurat Jaringan Komputer Nasional Tiongkok (CNCERT) menunjukkan bahwa jumlah serangan dunia maya dari AS adalah yang terbesar.

Pada tahun 2018, lebih dari 14.000 server kontrol trojan atau botnet yang berlokasi di AS mengendalikan lebih dari 3,34 juta host di Tiongkok. Meningkat 90,8% dari tahun 2017.

Pada tahun 2020, jumlah yang dikendalikan ini telah meningkat menjadi sekitar 5,31 juta unit. Dengan AS dan sekutu NATO-nya menduduki tiga besar.

Pada konferensi pers juru bicara Zhao Lijian mengecam AS sebagai sumber serangan siber terbesar di Tiongkok. 

Pasalnya, data menunjukkan bahwa pada tahun 2020, lembaga terkait telah menangkap lebih dari 42 juta sampel program jahat. 53% di antaranya berasal dari Amerika Serikat.

Pada konferensi pers juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying juga menunjukkan bahwa undang-undang intelijen AS memungkinkan pemerintah AS untuk melakukan pencurian informasi dan data skala besar tanpa pandang bulu terhadap dunia, termasuk sekutunya. 

Sebelumnya, Snowden dan WikiLeaks telah mengungkap penyadapan besar-besaran dan penyadapan pemerintah AS dalam skala global. Isi yang terungkap dalam laporan ini (merujuk pada laporan yang dirilis oleh Laboratorium Qi'an Pangu di Beijing) menunjukkan bahwa selain Tiongkok dan negara-negara berkembang utama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, AS tidak luput dari negara sekutu dan mitranya sendiri. (*)


Informasi Seputar Tiongkok