Beijing, Bolong.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, tidak adil jika negara-negara miskin tidak mendapatkan akses genomik, sementara negara-negara kaya melakukannya. Genomik adalah studi tentang seluruh genome dari suatu organisme.
Dilansir dari CGTN pada Rabu (13/7/22), Dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh Dewan Sains WHO, menyerukan perluasan genomik yang adil.
"Teknologi genom mendorong beberapa penelitian paling inovatif yang terjadi saat ini. Namun manfaat dari alat ini tidak akan sepenuhnya terwujud kecuali jika digunakan di seluruh dunia. Hanya melalui kesetaraan, sains dapat mencapai potensi dampak penuhnya dan meningkatkan kesehatan bagi semua orang, di mana pun" kata Dr Soumya Swaminathan, Kepala Ilmuwan WHO.
"Melalui mengumpulkan dan mengoordinasikan para pemikir terkemuka dunia, seperti yang kami lakukan melalui Dewan Sains kami, WHO bertindak sebagai mesin analisis global untuk mengatasi tantangan kesehatan paling mendesak di dunia," tambahnya.
Dewan Sains menyerukan penurunan biaya pembuatan dan perluasan teknologi genomik agar dapat diakses oleh semua negara.
Disebutkan bahwa dalam pencarian ini, berbagai alat untuk membuat teknologi genomik lebih terjangkau untuk LMIC telah dikembangkan, termasuk penetapan harga berjenjang; berbagi hak kekayaan intelektual untuk versi berbiaya rendah; dan subsidi silang, di mana keuntungan di satu bidang digunakan untuk mendanai bidang lain.
“Sudah jelas bahwa genomik dapat memberikan kontribusi besar bagi kesehatan manusia, mulai dari survei populasi untuk agen infeksi, seperti virus penyebab COVID-19, hingga memprediksi dan mengobati berbagai macam penyakit, seperti kanker dan gangguan perkembangan. Perhatian kesetaraan dalam menerapkan teknologi ini sangat penting untuk mencapai potensi manfaat yang sangat besar bagi kesehatan manusia," kata Ketua Dewan, Profesor Harold Varmus. (*)