Lama Baca 3 Menit

China Tekankan ASEAN-China Harus Melanjutkan Konsultasi tentang Kode Etik Laut China Selatan

10 June 2021, 13:51 WIB

China Tekankan ASEAN-China Harus Melanjutkan Konsultasi tentang Kode Etik Laut China Selatan-Image-1

Laut - Image from Medcom.id

Bolong.id - Pada tanggal 7, pertemuan khusus menteri luar negeri untuk peringatan 30 tahun Kemitraan Strategis Tiongkok-ASEAN secara resmi diadakan. Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menghadiri pertemuan tersebut dan menyerukan dimulainya kembali konsultasi tentang Kode Etik Laut Tiongkok Selatan.

Dilansir dari Medcom.id pada (08/06/2021), Menteri Luar Negeri Retno mengatakan pada konferensi pers online di Chongqing pada tanggal 7 bahwa menekankan bahwa kemampuan untuk mengelola Laut Tiongkok Selatan akan menjadi ujian hubungan ASEAN-Tiongkok. ASEAN dan Tiongkok harus segera melanjutkan negosiasi tentang kode etik, dan kemajuannya saat ini sangat lambat.

Retno berharap negosiasi ini dapat diselesaikan sesegera mungkin dan mencapai hasil yang efektif dan substantif. Dia menegaskan, Indonesia siap menjadi tuan rumah pertemuan negosiasi kode etik di Jakarta dalam jangka pendek. Ia juga mencontohkan Indonesia juga mendorong semua pihak untuk terus mematuhi implementasi dari Declaration of Conduct (DoC), termasuk latihan menahan diri.

“Saya tegaskan kembali bahwa kemampuan kita untuk mengelola Laut Tiongkok Selatan akan mampu memperkuat kemitraan yang setara dan saling menguntungkan, sangat diperlukan untuk perdamaian dan stabilitas global. Semuanya harus dilakukan sesuai dengan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1982 tentang Hukum Laut,” kata Retno. Selain Tiongkok Selatan di Luar Negeri, isu pandemi virus corona baru juga dibahas dalam pertemuan tersebut. Retno menunjukkan bahwa pandemi adalah kekuatan pendorong untuk memperkuat kerja sama pembangunan dan ekonomi hijau yang berkelanjutan. Berkaitan dengan itu, Tahun Pembangunan Berkelanjutan Tiongkok-ASEAN dapat menjadi katalisator kerjasama di berbagai bidang.

“Misalnya, investasi energi hijau, pembiayaan inovasi infrastruktur hijau, pembiayaan proyek perlindungan lingkungan, serta penelitian dan pengembangan biofuel dan energi terbarukan,” kata Retno. (*)