Lama Baca 3 Menit

Peneliti Tiongkok: AI Diharapkan Dapat Deteksi Penyakit Jantung Melalui Selfie

01 September 2020, 17:00 WIB

Peneliti Tiongkok: AI Diharapkan Dapat Deteksi Penyakit Jantung Melalui Selfie-Image-1

Selfie - Image from internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Tiongkok, Bolong.id - Pakar pengobatan Tiongkok telah bekerja sama dengan ilmuwan komputer untuk mengembangkan teknologi dalam format AI (artificial intelligence) yang dapat mendeteksi penyakit jantung koroner melalui gambar wajah.

Dalam beberapa tahun terakhir, aplikasi yang digerakkan oleh AI telah digunakan dalam praktik klinis sehari-hari seperti menafsirkan gambar medis, menganalisis elektrokardiogram, dan melacak tanda-tanda vital, dilansir dari ECNS, Selasa (1/9/2020).

Dalam studi terbaru, para peneliti Tiongkok mengeksplorasi kemungkinan penggunaan AI untuk menyaring penyakit jantung koroner melalui gambar wajah.

Penampilan wajah telah lama diidentifikasi sebagai indikator risiko kardiovaskular. Ciri-ciri seperti pola kebotakan pria, lipatan daun telinga, xanthelasmata (timbunan lemak kekuningan di sekitar atau di kelopak mata) dan kerutan kulit adalah prediktor yang paling umum.

Para peneliti dari Pusat Penyakit Kardiovaskular Nasional Tiongkok dan Universitas Tsinghua pertama kali mendaftarkan 5.796 pasien Tiongkok untuk penelitian ini. Para partisipan menjalani tes pencitraan jantung. Foto wajah mereka akan diambil dan mereka akan menjawab kuesioner tentang status sosial ekonomi, gaya hidup, dan riwayat kesehatan mereka.

Algoritme AI kemudian dikembangkan berdasarkan data pasien. Algoritme tersebut diuji pada gambar wajah 1.013 pasien di sembilan rumah sakit Tiongkok.

Menurut hasil yang dipublikasikan di European Heart Journal, algoritme tersebut memiliki sensitivitas 80 persen dan reliabilitas 54 persen, mengungguli model tradisional penyakit jantung koroner.

Sensitivitas mengacu pada kemampuan algoritme untuk menunjuk pasien dengan penyakit positif, sedangkan kemampuan reliabilitas adalah kemampuan tes untuk menunjuk pasien tak terkena penyakit atau negatif.

Para peneliti mengatakan, studi lebih lanjut diperlukan untuk membuat aplikasi praktis dari algoritma tersebut. Keakuratan yang rendah dari algoritme saat ini menimbulkan kekhawatiran karena hasil positif yang palsu dapat membingungkan pasien dan dokter.

Secara keseluruhan, hasil menunjukkan bahwa algoritma pembelajaran mendalam berdasarkan gambar wajah dapat membantu deteksi penyakit jantung koroner.

Dalam editorial yang diterbitkan dalam terbitan jurnal yang sama, para peneliti dari Universitas Oxford mengatakan "menggunakan selfie sebagai metode skrining dapat memungkinkan cara sederhana namun efisien." (*)