Lama Baca 4 Menit

Niujiaoshan, Desa Pegunungan Bangkit karena Teh dan Pariwisata

14 August 2020, 15:01 WIB



Niujiaoshan, Desa Pegunungan Bangkit karena Teh dan Pariwisata-Image-1

Teh dan Pariwisata Revitalisasi Pedesaan di Tiongkok Tengah - Image from CGTN

Hunan, Bolong.id - "Tidak ada yang lebih baik dari secangkir teh yang enak," kata banyak orang di Tiongkok. Sebagai minuman segar, teh telah mengubah nasib pedesaan miskin di provinsi Hunan, Tiongkok Tengah dari tidak sejahtera jadi sejahtera..

Sekitar 1.600 kilometer dari ibu kota Beijing terletak sebuah desa terpencil, dikelilingi pegunungan: Niujiaoshan. Empat puluh tahun lalu, banyak penduduk lokal meninggalkan daerah pedesaan untuk mengejar kehidupan yang lebih baik di kota. Karena warga di sana mayoritas miskin. Tapi saat ini, lebih banyak yang berencana pulang.

Sebuah desa 'Ajaib' muncul dari abu

Dengan populasi sekitar 1.300 orang, Niujiaoshan adalah rumah bagi orang Miao - salah satu kelompok minoritas terbesar di Tiongkok yang terkenal dengan adat istiadat, pakaian, dan musik mereka yang unik, juga dijuluki sebagai desa "ajaib" karena pernah rusak parah oleh kebakaran besar 11 tahun yang lalu, dan telah dibangun kembali dari awal.

Pada 2008, pendapatan per kapita (PCI) desa hanya CNY791 (USD114 atau setara dengan Rp1,6 juta), jauh di bawah garis kemiskinan nasional. 

Delapan tahun kemudian, desa itu dengan gembira mengumumkan telah diangkat dari kemiskinan. Pada 2018 dan 2019, PCI melonjak masing-masing menjadi CNY13.618 (USD1.961 setara dengan Rp29 juta) dan CNY18.618 (USD2.682 setara dengan Rp39,8 juta ).

Lalu, apa yang terjadi selama ini?

Model Teh + Wisata meremajakan pedesaan

Rahasia revitalisasi pedesaannya adalah kombinasi dari industri teh dan pariwisata pedesaan. Di pegunungan yang subur, Niujiaoshan menawarkan keunggulan alami untuk menanam pohon teh. Konon teh yang ditanam di desa itu pernah disajikan kepada keluarga kekaisaran Tiongkok kuno, tetapi kemudian lama diabaikan oleh penduduk setempat. 

Baru, setelah sekretaris Partai desa, Long Xianwen meyakinkan penduduk desa memulai perkebunan teh skala besar untuk bisnis, teh asal Niujiaoshan terkenal.

"Kami memiliki pegunungan yang subur di desa kami, dan kami perlu mencari cara untuk mengubahnya menjadi 'gunung emas' bagi penduduk desa," ujar Long.

Saat ini, sudah biasa melihat wanita lokal, tua dan muda, memetik daun teh di ladang. Cukup dengan memetik daun teh dan menjualnya di koperasi setempat, mereka dapat menghasilkan CNY200 hingga CNY500 (USD29-72 atau Rp428 ribu hingga Rp1 juta) per hari. Koperasi kemudian akan membuat produk teh dan menjualnya ke berbagai tempat di seluruh Tiongkok.

Booming industri teh telah membantu sekitar 20.000 orang keluar dari kemiskinan sejak 2014. Beberapa produk juga telah diekspor ke negara lain, termasuk Italia dan Australia.

Saat teh lokal menjadi terkenal, hal itu membawa lebih banyak orang dari bagian lain negara untuk melihat wilayah pegunungan yang dulunya tersembunyi dari dunia luar. Wisatawan sekarang dapat memanjakan diri dengan gaya hidup masyarakat Miao, pertunjukan dan acara budaya yang beragam, hidangan lokal serta secangkir teh segar.

Penduduk desa Chen Xiaoling membuka kedai teh di desa yang biasanya menerima 300 hingga 500 wisatawan sehari selama musim puncak, menghasilkan pendapatan bulanan rata-rata CNY20.000 (USD2.880 setara dengan Rp42,6 juta).

Tahun lalu, Niujiaoshan mencatat total 820.000 turis dengan lebih banyak penduduk lokal mendapatkan pekerjaan di bidang pariwisata. Saat desa mengalami transformasi dari pedesaan miskin menjadi desa wisata, penduduk setempat merangkul kehidupan baru. (*)