Lama Baca 3 Menit

150-an Negara Gabung Rencana Vaksin COVID-19 Global, AS dan China Tak Hadir

22 September 2020, 15:15 WIB

150-an Negara Gabung Rencana Vaksin COVID-19 Global, AS dan China Tak Hadir-Image-1

Vaksin - Image from internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Geneva, Bolong.id - Sekitar 156 negara telah bergabung dengan skema global untuk distribusi yang adil dari vaksin masa depan melawan Covid-19, aliansi yang dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Senin (21/9/20), tetapi negara adidaya Tiongkok dan Amerika Serikat tidak mendaftar.

Pemerintah Presiden AS Donald Trump telah mengamankan pasokan di masa depan melalui kesepakatan bilateral yang memicu tuduhan perilaku egois yang merugikan negara-negara miskin.

Tiongkok, tempat COVID-19 pertama kali dilaporkan, juga tidak ada dalam daftar 64 negara kaya yang bergabung dengan apa yang disebut rencana Covax untuk mengirimkan 2 miliar dosis vaksin ke seluruh dunia pada akhir 2021, dengan memprioritaskan petugas kesehatan dan mereka yang rentan.

Tetapi pejabat aliansi mengatakan dialog dilanjutkan dengan Beijing.

Skema tersebut akan mencakup sekitar dua pertiga dari populasi dunia, menurut aliansi vaksin WHO dan GAVI, yang menerbitkan daftar penandatangan setelah batas waktu untuk komitmen yang mengikat berakhir pada Jumat (25/9/20).

Lusinan vaksin sedang dalam pengujian yang telah menginfeksi sekitar 31 juta orang di seluruh dunia dan membunuh hampir 1 juta, seperlima dari mereka di Amerika Serikat.

“Covax akan memberikan kepada dunia portofolio kandidat vaksin terbesar dan paling beragam,” Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada briefing virtual.

“Ini bukanlah amal, tetapi untuk kepentingan terbaik setiap negara. Kita tenggelam atau berenang bersama. Ini bukan hanya hal yang benar untuk dilakukan, tetapi hal yang cerdas untuk dilakukan."

Dengan beberapa negara kaya yang enggan menggunakan Covax, rencana tersebut telah menyoroti tantangan untuk mendistribusikan vaksin secara adil di seluruh dunia kaya dan miskin.

Aliansi vaksin mengatakan pihaknya mengharapkan 38 negara kaya lainnya untuk bergabung dengan inisiatif dalam beberapa hari mendatang.

Dikatakan, aliansi vaksin telah menerima komitmen sebesar USD1,4 miliar (Rp20,7 triliun) untuk penelitian dan pengembangan vaksin, tetapi USD700 juta (Rp10,3 triliun) hingga USD800 juta (Rp11,8 triliun) sangat dibutuhkan.

Dilansir dari South China Morning Post, aliansi tersebut tidak mengatakan negara mana yang memberikan pendanaan sementara tidak berencana mengambil pasokan vaksin dari skema tersebut. Prancis dan Jerman mengatakan mereka akan mencari potensi hanya melalui skema pengadaan bersama Eropa.

Lebih dari 150 vaksin potensial sedang dikembangkan dan diuji secara global, dengan 38 diuji klinis pada manusia. (*)