Lama Baca 3 Menit

Mongolia Protes Penghapusan Bahasa Tradisional di Sekolah

03 September 2020, 13:58 WIB

Mongolia Protes Penghapusan Bahasa Tradisional di Sekolah-Image-1

Para pengunjuk rasa, memegang tanda dengan aksara Mongolia, memprotes perubahan kurikulum sekolah di Tiongkok yang menghapus bahasa Mongolia dari mata pelajaran inti, di luar Kementerian Luar Negeri Mongolia di Ulaanbaatar, Mongolia (31/8/20)- Image from Reuters

Beiing, Bolong.id - Etnis Mongolia di utara Tiongkok protes atas perubahan kurikulum sekolah yang menghapus bahasa Mongolia dari mata pelajaran inti. Itu menyebabkan pemberlakuan jam malam di beberapa daerah, menurut sebuah kelompok advokasi.

Panduan terbaru di wilayah Mongolia Dalam yang dikelola Tiongkok mengharuskan mata pelajaran sekolah dasar dan menengah termasuk sejarah, politik, dan bahasa diajarkan dalam bahasa Mandarin mulai 1 September 2020.

Video yang diedarkan oleh kelompok advokasi yang berbasis di New York, Pusat Informasi Hak Asasi Manusia Mongolia Selatan, menampilkan kerumunan siswa dan orang tua yang marah berkumpul di luar sekolah untuk memprotes tindakan tersebut. Kabarnya, jumlah pengunjuk rasa mencapai ribuan.

Selain itu, netizen juga turut berkomentar dalam akun Twitternya mengenai unjuk rasa tersebut,


"Sementara Tiongkok memaksakan bahasa Mandarin kepada para siswa di Mongolia Dalam, para tetua Mongolia membalas protes," cuit netizen.

Direktur Enghebatu Togochog mengatakan kepada Reuters,mereka yakin program tersebut adalah bagian dari desakan yang lebih luas oleh Beijing untuk menghapus budaya Mongolia di wilayah tersebut, beberapa orang tua juga membawa anak-anak mereka dari sekolah sebagai protes.

Standarisasi pendidikan nasional adalah penggerak kebijakan utama di bawah Presiden Tiongkok Xi Jinping (习近平), yang sebagian besar berfokus pada mendorong loyalitas kepada Tiongkok dan Partai Komunis.

Dalam Q&A (tanya jawab) yang diposting online, otoritas pendidikan regional Mongolia Dalam membela perubahan tersebut dengan mengatakan, perubahan tersebut "mencerminkan keinginan Partai dan bangsa, dan keunggulan inheren budaya Tiongkok serta kemajuan peradaban manusia".

Kementerian Pendidikan Tiongkok dan Komisi Urusan Etnis tidak segera menanggapi komentar tersebut pada Rabu (2/9/20).

Video protes muncul di situs media sosial Tiongkok Weibo pada Senin (31/8/20), tetapi tidak lama langsung dihapus, menurut pemeriksaan Reuters.

Kelompok advokasi juga mengatakan video menunjukkan jam malam diberlakukan mulai Senin (31/8/20) di kota Lubei, di timur wilayah itu. (*)