Lama Baca 3 Menit

Tak Peduli Siapa Pun Pemenangnya, Hubungan China-AS akan Semakin Dalam

06 November 2020, 05:47 WIB

Tak Peduli Siapa Pun Pemenangnya, Hubungan China-AS akan Semakin Dalam-Image-1

US Election 2020 - Image from Equityworld Future Portal News

Washington, Bolong.id - Beberapa analis percaya bahwa terlepas dari hasil pemilihan umum, hubungan antara AS dan pasar keuangan Tiongkok hanya akan semakin dalam.

Menurut laporan Reuters pada Rabu (4/11/20), para analis dan investor umumnya memperkirakan,  jika Presiden AS Trump terpilih kembali, pasar saham Tiongkok akan berada di bawah tekanan dalam jangka pendek. Perang dagang Tiongkok-AS yang diprakarsainya akan segera memasuki bulan ke-28.

Manajer portofolio Aviva Investors, Will Malcolm percaya bahwa “jika Trump menang, perusahaan Tiongkok tidak akan tahu dari mana kejutan berikutnya akan datang, dan akan sulit untuk membuat keputusan alokasi modal.”

Sedangkan “Jika Biden menang, ya. Perilaku gila semacam ini akan memiliki "pagar pembatas", setidaknya semua orang akan tahu sedikit tentang risikonya, sehingga pengambilan keputusan perusahaan jauh lebih mudah, dan karenanya akan menguntungkan pasar saham Tiongkok."

Namun, terlepas dari hasil pemilihan umum, hubungan antara AS dan pasar keuangan Tiongkok hanya akan semakin dalam, meskipun terjadi perang perdagangan trans-Pasifik dan hubungan diplomatik yang sulit. Dalam diskusi tentang pemisahan keuangan Tiongkok-AS, Tiongkok telah mempercepat reformasi pasar modal, mempermudah modal asing untuk memasuki pasar saham dan obligasi, sembari mempromosikan penggunaan internasional renminbi.

Dilansir dari Zaobao, menurut data terbaru dari Bank Sentral Tiongkok, pada akhir September 2020, nilai saham Tiongkok yang dipegang oleh investor luar negeri adalah sebesar CNY 2,75 triliun (SGD 562,312 miliar atau Rp5,9 ribu triliun), peningkatan dari tahun ke tahun hampir CNY 1 triliun (Rp2,1 ribu triliun).

Pemulihan yang sangat baik oleh Tiongkok dari epidemi telah menunjukkan daya tarik yang kuat. Kenaikan dalam renminbi, imbal hasil yang tinggi, dan penyertaannya dalam indeks saham global utama juga telah berkontribusi pada minat beli pada obligasi pemerintah Tiongkok, membuat kepemilikan asing atas obligasi di pasar antar bank mendekati CNY 3 triliun (Rp6,5 ribu triliun). (*)