Lama Baca 3 Menit

Dituduh Menyusup, AS Larang Beberapa Mahasiswa dan Peneliti Tiongkok Masuki Perbatasan

31 May 2020, 09:49 WIB

Dituduh Menyusup, AS Larang Beberapa Mahasiswa dan Peneliti Tiongkok Masuki Perbatasan-Image-1

AS Melarang Beberapa Mahasiswa Dan Peneliti Tiongkok Memasuk - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Bolong.id, Beijing (31/5/2020) - Mulai 1 Juni 2020 esok, Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan melarang beberapa mahasiswa dan peneliti Tiongkok untuk memasuki AS setelah menuduh mereka mencuri kekayaan intelektual AS. Aturan ini berdasarkan sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Gedung Putih pada hari Jumat lalu (29/5).  

Dilansir dari laman news.cgtn.com, Pemerintah AS menganggap jika beberapa mahasiswa Tiongkok, terutama mahasiswa pascasarjana dan peneliti telah mencuri teknologi dan kekayaan intelektual AS untuk kepentingan pemerintah Tiongkok yang dapat mengancam keamanan AS. Namun, sejumlah media di AS justru menyebut jika langkah itu merupakan bagian dari reaksi AS terhadap keputusan Badan Legislatif Tiongkok terkait UU Keamanan Nasional Hong Kong.

Dalam konferensi pers yang digelar pada Jumat (29/5) kemarin, Kementerian Luar Negeri Tiongkok ( 中国外交部 ) mendesak agar pihak AS berhenti menggunakan segala macam alasan untuk membatasi dan menekan pelajar Tiongkok di AS. Juru bicara Zhao Lijian ( 赵立建 ), mengatakan, langkah itu bertentangan dengan nilai keterbukaan dan kebebasan yang diklaim AS dan akan berdampak pada pertukaran budaya dan masyarakat antara kedua negara, termasuk dapat merusak pondasi sosial untuk hubungan bilateral kedua negara."Hal ini juga dapat berarti penganiayaan politik dan diskriminasi ras dan pelanggaran berat hak asasi manusia," sebut  Zhao

Dalam laporannya kemarin, New York Times menyebut jika langkah itu diperkirakan akan berdampak pada setidaknya 3000 hingga 5000 pelajar Tiongkok. Para pejabat AS juga mengakui bahwa tidak ada bukti langsung yang menunjukkan kesalahan pelajar Tiongkok sehingga membuat mereka akan kehilangan visa belajarnya. 

Sementara itu, dalam sebuah wawancara dengan CGTN pada hari sabtu (30/5/2020), Wakil Presiden Institut Studi Internasional Tiongkok ( 中国国际问题研究所 ), Rong Ying ( 荣英 ) menyebut, bahwa langkah itu bertentangan dengan komitmen pribadi Trump dan pemerintahannya untuk mempromosikan program pertukaran sebagai peran penting kerja sama bilateral. Hal ini juga semacam penghinaan bagi universitas dan institusi yang telah melakukan pertukaran tersebut. Padahal, menurutnya, dalam dekade terakhir program pertukaran ini telah memberikan manfaat bagi kedua belah pihak.

Sumber: news.cgtn.com