rupiah - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Jakarta, Bolong.id - Salah satu imbas dari kerusuhan yang terjadi di AS adalah nilai tukar rupiah mengalami penguatan. Pagi ini (03/06), rupiah kembali menguat ke level Rp14.220 per dolar AS. BI memprediksi nilai tukar rupiah di kisaran Rp14.500 meski di tengah pelemahan atas dolar AS dan optimis bahwa nilai tukar rupiah saat ini masih undervalue. Direktur TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim, mengatakan dalam perdagangan awal pekan ini diperkirakan rupiah masih akan terus bergolak.
Sehari sebelumnya atau pada perdagangan Selasa (02/06) kemarin, rupiah berhasil terapresiasi 2,35% atau sebesar 195 poin dan ditutup di level Rp14.415 per dolar AS. Sehari setelahnya, rupiah masih menguat pada pembukaan perdagangan hari Rabu (03/06) ke level Rp14.233 per dolar AS. Mengutip laman market.bisnis.com, hingga pukul 09.01 WIB (03/06/2020) nilai tukar rupiah masih terpantau naik tajam 195 poin atau 1,35% ke level Rp 14.220 per dolar AS. Saat ini indeks dolar AS melemah 0,21% atau 0,209 poin ke posisi 97,464.
Rupiah menunjukkan keperkasaannya dengan berkali-kali menjadi mata uang dengan penguatan terbaik di Asia dalam beberapa hari terakhir. Tren penguatan nilai rupiah tersebut berpotensi berlanjut dalam jangka pendek. Di lansir dari Bloomberg, mayoritas mata uang asia juga menguat. Selain rupiah, mata uang yang menguat adalah Korea 0,7%. ringgit Malaysia 0,34%, peso Filipina 0,26%, dan rupee India 0,25%. Sementara mata uang yang melemah adalah baht Thailand 0,06% dan yuan Tiongkok 0,09%. Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap yuan berada di posisi Rp 2.035 per yuan Tiongkok.
Tjendra, Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston, menilai, penguatan rupiah kali ini didorong oleh aksi demo berujung rusuh di AS yang berpotensi mengganggu aktivitas ekonomi AS. Selain itu, pasar juga merespon positif terhadap pelonggaran kuncitara (lockdown) di beberapa negara dan rencana kebijakan new normal di Indonesia. Tjendra juga menyebutkan, bahwa potensi perang dagang AS dan Tiongkok bisa menahan penguatan rupiah.*
Advertisement