Lama Baca 3 Menit

WHO Bekerja Sama dengan Tiongkok dalam Mengatasi Wabah COVID-19

17 June 2020, 20:53 WIB

WHO Bekerja Sama dengan Tiongkok dalam Mengatasi Wabah COVID-19 -Image-1

Director-General Tedros Adhanom Ghebreyesus - Image from Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.

Beijing, Bolong.id - Pada hari Senin (15/6/2020), WHO, Organisasi Kesehatan Dunia, menyatakan keprihatinan atas wabah COVID-19 yang terjadi di Beijing. Sebelumnya, pada hari Minggu (14/6/2020) telah dilaporkan sebanyak 36 kasus COVID-19 yang ditransmisikan secara domestik dan enam kasus tanpa gejala. Pihak berwenang setempat melakukan tes asam nukleat terhadap 76.499 orang, dan hasilnya 59 orang positif terinfeksi COVID-19.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa sekarang sudah lebih dari 100 kasus telah dikonfirmasi sejak Tiongkok melaporkan adanya wabah COVID-19 di Beijing, padahal sebelumnya sudah lebih dari 50 hari tanpa adanya kasus wabah COVID-19 di kota tersebut.

Michael Ryan, direktur eksekutif Program Darurat Kesehatan dari WHO, menyatakan bahwa meskipun kondisi pandemi di setiap negara berbeda, namun masalah seperti ini terjadi setelah 50 hari tanpa adanya kasus yang signifikan, telah menjadi keprihatinan. Dia menyebut hal ini dengan "berita besar" dan "peristiwa penting". Ryan mengatakan bahwa otoritas Tiongkok, seperti di Korea Selatan, Jepang dan negara lain, yang telah belajar dalam enam bulan terakhir tentang cara menangani COVID-19 dan menunjukkan hasil yang signifikan.

Dia juga menyatakan bahwa tim WHO di Tiongkok yang berbasis di Beijing, sedang bekerja sama dengan Pusat Pengendalian Penyakit Tiongkok. WHO telah melaporkan lebih dari 8 juta kasus wabah COVID-19 di seluruh dunia, dengan lebih dari 430.000 angka kematian. Amerika Serikat dan Brasil, kedua negara ini memiliki paling banyak jumlah kasus wabah COVID-19 dan angka kematian.

Menurut data dari WHO, hampir 75 persen dari kasus wabah COVID-19, baru-baru ini dari 10 negara yang sebagian besar berasal Amerika dan Asia Selatan, tetapi kasus wabah tersebut semakin banyak terlihat di Afrika, Eropa timur, Asia Tengah dan Timur Tengah, melansir laman chinadaily.com.cn.*