Lama Baca 6 Menit

100 Hari Perjuangan Melawan Pandemi COVID-19. Seperti Apa?

09 May 2020, 15:08 WIB

100 Hari Perjuangan Melawan Pandemi COVID-19. Seperti Apa?-Image-1

Para Tenaga Medis Merawat Pasien COVID-19 di Tiongkok - Image from : gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Pada tanggal 30 Januari 2020, ketika WHO mengumumkan tentang adanya wabah COVID-19, yang pertama kali diidentifikasi di Wuhan, Tiongkok, sebagai darurat kesehatan masyarakat dan menjadi perhatian internasional, banyak orang mungkin tidak mengira bahwa hal ini akan berubah menjadi krisis kesehatan masyarakat terburuk dalam satu abad terakhir. Seratus hari pun berlalu, sekitar 3,7 juta orang terinfeksi oleh virus ini, lebih dari 260.000 nyawa telah hilang. Banyak kewalahan karena sistem kesehatannya, ekonomi terpaksa mundur, kontak antar manusia terhambat, dan tata kelola sosial mulai dipertanyakan banyak orang.

Dunia tidak akan pernah menjadi sama lagi, orang-orang mengambil hikmah dari peristiwa ini. Diserang oleh virus yang menjadi musuh semua orang, negara-negara di dunia pun menyadari akan adanya kekuatan solidaritas dan kerjasama.

DAMPAK GLOBAL

Hanya dalam waktu enam minggu saja, Amerika Serikat melaporkan jumlah kematian COVID-19 yang lebih banyak daripada yang pernah terbunuh saat Perang Vietnam. Di kota Bergamo, Italia, berita kematian pun mengisi lusinan halaman harian lokal. Rumah sakit kelebihan kapasitas, kekurangan alat pelindung, alat uji, obat-obatan dan ventilator. Beberapa negara melarang ekspor pasokan medis, dan beberapa bahkan menyita barang negara lain yang sedang dalam perjalanan.

Toko-toko dan pabrik ditutup, banyak yang kehilangan pekerjaan, konsumsi anjlok, kegiatan ekonomi ditangguhkan, dan rantai industri global terganggu ketika ekonomi terpuruk akibat dampak pandemi. Amerika Serikat bahkan melihat pasar sahamnya meleleh dan harga minyak anjlok. Virus ini juga menandai akhir dari jabat tangan dan pelukan bagi manusia. Orang-orang didesak untuk menjaga jarak sosial, guna membantu upaya pencegahan virus. Banyak negara menyatakan keadaan darurat dan mengadopsi langkah-langkah berat, seolah-olah sedang dalam peperangan.

100 Hari Perjuangan Melawan Pandemi COVID-19. Seperti Apa?-Image-2

Monitor yang Menunjukkan Pasar Saham Anjlok - Image from : gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

TANTANGAN DI ABAD 21

Dunia perlu mengatasi tantangan ini. Pilihan sulit pertama adalah saat kita harus memilih antara hidup atau mempertahankan mata pencaharian. Banyak negara telah membatasi ruang gerak bisnis yang tidak penting dan membatasi pergerakan masyarakatnya. Tetapi langkah-langkah ini malah menekan produksi dan konsumsi, meningkatkan risiko kebangkrutan dan kehilangan pekerjaan. Data dari Organisasi Buruh Internasional menunjukkan bahwa sekitar 25 juta orang akan kehilangan pekerjaan karena pandemi ini.

Tantangan kedua menyangkut keamanan dan privasi. WHO telah menekankan perlunya tindakan uji cepat, melacak dan mengisolasi setiap kasus infeksi yang mungkin terjadi untuk memutus rantai penularan. Namun, pemerintah menghadapi dilema karena harus memilih antara keamanan sanitasi atau privasi masyarakat. Di Liechtenstein, sebagian dari 40.000 penduduknya mulai memakai "gelang biologis" untuk memantau suhu tubuh mereka, detak jantung, dan data lainnya secara real-time untuk melacak kemungkinan adanya infeksi. 

Tantangan ketiga melibatkan globalisasi. Karena panik akibat pandemi, beberapa negara menjadi sedikit egois. Data menunjukkan bahwa, sebanyak 80 negara telah memberlakukan pembatasan perdagangan pada bahan medis dan kebutuhan sehari-hari. Larangan negara-negara tertentu terhadap ekspor pasokan medis telah menghambat produksi Hamilton Medical di Swiss, salah satu produsen ventilator terbesar di dunia. Pembatasan ekspor biji-bijian juga memicu kekhawatiran atas keamanan pasokan pangan global.

100 Hari Perjuangan Melawan Pandemi COVID-19. Seperti Apa?-Image-3

Stadion yang Dirubah Menjadi Rumah Sakit Sementara di Lisbon - Image from : gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

KESEMPATAN BARU

Dalam setiap krisis pastilah ada peluang. Setelah 100 hari pasca alarm pandemi dibunyikan, peluang baru untuk sebuah solusi pun mulai terlihat. Pandemi virus COVID-19 tidak mengenal batas dan ras. Seperti yang ditekankan oleh Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, "Kita menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Maka dari itu, untuk mengatasinya, kita harus bersatu."

Penggunaan teknologi digital juga semakin meningkat. Sebuah laporan PBB menunjukkan bahwa layanan Teknologi Informasi dan Komunikasi mencapai "keuntungan tak terduga" karena "#DiRumahAja", yang mendorong terjadinya tren pendidikan daring, e-commerce, tele-entertainment, layanan tele-medical dan internet. "Kami melihat dua tahun proses transformasi digital hanya dalam dua bulan saja," ungkap CEO Microsoft, Satya Nadella.

Seperti yang dikatakan Direktur Jenderal WTO (World Trade Organization) Roberto Azevedo, tidak peduli seberapa kuat dan maju suatu negara, negara tersebut tidak dapat sepenuhnya mandiri. WHO memainkan peran penting dalam memimpin dan mengkoordinasikan perang dunia melawan COVID-19, dengan memonitor pandemi secara cermat, mengeluarkan panduan kesehatan masyarakat, bekerja dengan pemasok medis untuk meningkatkan kapasitas produksi dan mempercepat distribusi obat dan vaksin yang adil bagi seluruh dunia. Mekanisme tata kelola multilateral sangat diperlukan dalam menanggapi krisis global seperti sekarang ini.

100 Hari Perjuangan Melawan Pandemi COVID-19. Seperti Apa?-Image-4

Siswa yang Sedang Belajar Daring di Tengah Pandemi COVID-19 - Image from : gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami