Lama Baca 3 Menit

Hoax: Tahan Napas Lebih dari 10 Detik Bisa Diagnosis COVID-19?

06 May 2020, 13:20 WIB

Hoax: Tahan Napas Lebih dari 10 Detik Bisa Diagnosis COVID-19?-Image-1

Hoax: Tahan Napas Bantu Diagnosis COVID-19 - Image from : gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Ada rumor yang beredar di media sosial Tiongkok sekarang, yang mengklaim bahwa seseorang dapat mendiagnosa diri sendiri apakah dia sedang terjangkit oleh COVID-19 atau tidak hanya dengan menahan napas saja selama lebih dari 10 detik.

Faktanya adalah, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization; WHO), mampu menahan napas selama 10 detik atau lebih tanpa batuk atau merasa tidak nyaman tidak berarti seseorang tersebut bebas dari COVID-19 atau penyakit paru-paru lainnya. WHO juga memperingatkan, selain tidak dapat mengkonfirmasi apakah terinfeksi COVID-19 atau tidak, hal ini juga dapat membahayakan kesehatan.

"Gejala COVID-19 yang paling umum adalah batuk kering, kelelahan, dan demam. Beberapa orang mungkin mengalami gejala yang lebih parah, seperti pneumonia," katanya. WHO menyarankan bahwa tes laboratorium adalah cara yang paling tepat untuk mengkonfirmasi apakah seseorang telah tertular virus atau tidak.

"Sebagian besar pasien dengan COVID-19 mampu menahan napas lebih dari 10 detik, tetapi banyak orang tua tanpa terinfeksi virus tidak akan mampu melakukannya," ungkap Faheem Younus, kepala departemen penyakit menular di University of Maryland Upper Chesapeake Health.

Robert Legare Atmar, seorang spesialis penyakit menular di Baylor College of Medicine yang berbasis di Houston, juga mengatakan bahwa tes tersebut "tidak benar." Thomas Nash, seorang dokter penyakit dalam, paru-paru dan spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Presbyterian New York, menjelaskan bahwa tes napas tersebut pada dasarnya hanyalah sebuah karangan belaka.

Selama pandemi COVID-19, kita perlu berhati-hati dalam menyaring informasi tanpa didasari oleh bukti saintifik yang telah dikonfirmasi oleh para pakar kesehatan, mengingat bahwa masyarakat umum sangatlah awam mengenai pengetahuan tentang kesehatan yang tidak didasari oleh mitos belaka.