Lama Baca 3 Menit

Tiongkok Sangkal Klaim AS atas Pencurian Riset Vaksin

14 May 2020, 19:16 WIB

Tiongkok Sangkal Klaim AS atas Pencurian Riset Vaksin-Image-1

Tiongkok Sangkal Tuduhan AS atas Pencurian Data Vaksin - Image from : gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Agen keamanan Amerika Serikat mengklaim bahwa peretas dari Tiongkok berusaha mencuri dokumen penelitian pengembangan vaksin COVID-19.

Banyak negara tengah berjuang setelah lonjakan tinggi dalam kasus COVID-19 muncul lagi, dan jumlah kematian global yang kini sudah melebihi 297 ribu kasus, WHO bahkan telah memperingatkan bahwa virus ini "mungkin tidak akan hilang." Vaksin yang efektif dapat memungkinkan negara dan perekonomian untuk sepenuhnya dibuka kembali dan berpotensi menghasilkan jutaan dolar bagi pembuatnya. Dua agen keamanan AS mengatakan bahwa peretas yang berhubungan dengan Beijing berusaha mencuri penelitian dan kekayaan intelektual terkait perawatan dan vaksin COVID-19. 

"Upaya Tiongkok untuk menargetkan sektor-sektor ini menimbulkan ancaman signifikan terhadap respons negara kita terhadap COVID-19," kata FBI dan Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA). Mereka memperingatkan bahwa kelompok yang berafiliasi dengan pemerintah Tiongkok dan lainnya berusaha untuk mendapatkan "kekayaan intelektual dan data kesehatan masyarakat yang berharga terkait dengan vaksin, perawatan, dan pengujian COVID-19."

Namun, tidak ada pihak yang menawarkan bukti atau contoh untuk mendukung tuduhan ini. Tiongkok pun kemudian menyangkalnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Zhao Lijian (赵立坚), dalam jumpa pers reguler di Beijing mengatakan, "Tiongkok mengekspresikan ketidakpuasan dan oposisi yang tegas terhadap tuduhan semacam ini." Zhao juga menekankan bahwa Beijing sendiri memiliki pencapaian-pencapaian penting dalam peperangan melawan pandemi. 

Washington, yang telah mengkonfirmasi hampir 1,4 juta kasus dan lebih dari 84 ribu kematian, semakin menyalahkan Beijing atas wabah yang pertama kali muncul di Tiongkok pada akhir tahun lalu ini. Tiongkok pun telah berulang kali membantah berbagai tuduhan yang dilemparkan Amerika Serikat.