Lama Baca 3 Menit

Titik Terang Makin Terlihat, Tiongkok Temukan Antibodi Penghambat Infeksi COVID-19

20 May 2020, 12:01 WIB

Titik Terang Makin Terlihat, Tiongkok Temukan Antibodi Penghambat Infeksi COVID-19-Image-1

Ilustrasi Antibodi - Image from : gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Tim peneliti Tiongkok baru-baru ini telah menerbitkan sebuah makalah daring dalam majalah sains Amerika yang menyatakan bahwa mereka telah menemukan 2 jenis antibodi monoklonal manusia yang secara efektif dapat memblokir infeksi COVID-19, yang diharapkan dapat digunakan untuk penelitian dan pengembangan obat dan vaksin anti virus COVID-19.

Banyak unit termasuk Universitas Kedokteran Ibu Kota Tiongkok (首都医科大学), Institut Mikrobiologi Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok (中国科学院微生物研究所), Institut Bioteknologi Industri Tianjin Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok (中国科学院天津工业生物技术研究所) dan Rumah Sakit Orang Ketiga Shenzhen (深圳市第三人民医院) berpartisipasi dalam penelitian ini. Para peneliti memisahkan 4 jenis antibodi monoklonal manusia dari sel monosit darah pasien COVID-19 yang sembuh. Eksperimen menunjukkan bahwa keempat jenis antibodi ini memiliki kemampuan menetralkan virus COVID-19.

Pada eksperimen yang dilakukan terhadap tikus, tim peneliti mengkonfirmasi bahwa kedua antibodi ini dapat mengurangi jumlah virus di paru-paru tikus yang terinfeksi. Kedua antibodi juga dapat dikombinasikan untuk menghambat infeksi virus secara lebih efektif.

Tim peneliti selanjutnya menganalisis struktur kompleks yang dibentuk oleh daerah pengikat reseptor protein lonjakan virus COVID-19 dan B38, mengungkapkan bahwa mekanisme molekuler B38 dapat menghambat infeksi virus. Menurut para peneliti, penelitian terbaru ini menunjukkan bahwa kedua antibodi memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi obat guna pengobatan infeksi COVID-19  dan memberikan dasar untuk desain vaksin. Saat ini, kedua antibodi telah diubah menjadi produk oleh perusahaan terkait dan diharapkan dapat digunakan dalam perawatan klinis pasien COVID-19 di masa depan.


Penulis: Dwi Nur Cahyaningsih