Lama Baca 4 Menit

Para Ilmuwan Tolak Penelitian dari Harvard yang Katakan COVID-19 Sudah Ada Sejak Agustus 2019

12 June 2020, 12:30 WIB

Para Ilmuwan Tolak Penelitian dari Harvard yang Katakan COVID-19 Sudah Ada Sejak Agustus 2019-Image-1

Ilmuwan Beri Tanggapan tentang Penelitian Harvard - Image from : gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

London, Bolong.id - Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hua Chunying (华春莹), menyatakan pendapatnya mengenai penelitian yang dibuat oleh Harvard Medical School tentang lalu lintas rumah sakit dan data mesin pencarian keyword yang menyatakan bahwa COVID-19 mungkin sebenarnya sudah menyebar di Tiongkok sejak bulan Agustus 2019 lalu. Pada konferensi pers hari Selasa (9/6/2020), Hua mengatakan, "Saya rasa ini konyol sekali, sangat konyol, kok bisa sampai pada kesimpulan seperti itu hanya berdasarkan pengamatan dangkal seperti volume lalu lintas dan data pencarian keyword di internet.”

Penelitian tersebut menggunakan gambar yang dikirimkan oleh satelit, memotret tempat parkir rumah sakit di Wuhan, lalu ada juga data mengenai pertanyaan terkait gejala “batuk” dan “diare” pada mesin pencarian di internet. Penelitian Harvard yang diposting secara daring tersebut menunjukkan adanya peningkatan volume secara tajam di tempat parkir mobil rumah sakit pada bulan Agustus 2019, terus juga banyaknya pencarian kata “diare” pada mesin pencarian internet. Banyak ilmuwan kemudian memberikan tanggapan mereka mengenai hasil penelitian tersebut.

Paul Digard, seorang ahli virologi di Universitas Edinburgh, mengatakan bahwa, menggunakan data dari mesin pencarian internet dan gambar satelit dari lalu lintas rumah sakit saja untuk mendeteksi wabah penyakit adalah ide yang sebenarnya menarik, untuk kasus-kasus tertentu. Namun, dia juga menambahkan bahwa data tersebut bersifat korelatif dan seperti yang dicatat oleh para ilmuwan Harvard dalam penelitian tersebut, hal itu tidak dapat mengidentifikasi penyebab sebenarnya. Digard mengingatkan, kalau berfokus cuma pada rumah sakit di Wuhan yang sudah dikenal sebagai pusat penyebaran wabah, penelitian ini terasa memaksakan korelasinya saja. "Akan menarik dan mungkin jauh lebih meyakinkan apabila ada analisa sejenis di kota-kota Tiongkok lainnya di luar wilayah Hubei," tambahnya.

"Ini adalah karya yang menarik, tetapi saya tidak yakin itu dapat membawa kita jauh ke depan," ujar Keith Neal, seorang profesor epidemiologi penyakit menular di Universitas Nottingham Inggris. Neal mengatakan bahwa penelitian ini cuma mencakup volume lalu lintas di sekitar satu rumah sakit anak-anak saja. Akan tetapi, meskipun anak-anak tersebut sakit flu, yang mereka derita kemungkinan besar bukanlah COVID-19. 

Eric Topol, direktur Scripps Research Translational Institute, mengatakan bahwa metode penelitian ini tidak sahih dan sangat tidak tepat. Topol yang tidak terlibat pada penelitian tersebut juga mengatakan bahwa dia meragukan kalau wabah tersebut dimulai pada bulan Agustus 2019, berdasarkan bukti yang dia lihat sejauh ini. Bukti yang ada itu secara genetik, yang menunjukkan kalau virus ini melompat dari hewan ke manusia pada akhir tahun 2019 lalu.

"Masa sih bulan Agustus? Saya tidak tahu," ujar Dr. Amesh Adalja, seorang ahli penyakit menular di Johns Hopkins Center for Health Security. Namun, Adalja menambahkan bahwa COVID-19 ini jelas telah menyebar selama beberapa waktu, sebelum diakui dan dilaporkan ke WHO pada bulan Desember 2019 lalu.