Lama Baca 4 Menit

Setahun Berlalu, Akankah Hong Kong akan Kembali Rusuh?

10 June 2020, 11:28 WIB

Setahun Berlalu, Akankah Hong Kong akan Kembali Rusuh?-Image-1

Unjuk Rasa di Hong Kong pada 9 Juni 2020 - Image from : gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Hong Kong, Bolong.id - Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di pusat Kota Hong Kong pada hari Selasa (9/6/2020) kemarin, untuk menandai satu tahun berlangsungnya aksi demonstrasi pro-demokrasi. Tak hanya itu, aksi kumpul kumpul tersebut juga diyakini sebagai reaksi kekhawatiran atas dibentuknya Undang-Undang Keamanan Nasional sehingga memicu keresahan bagi sejumlah masyarakat di kota yang menjadi pusat keuangan global tersebut.

Pada hari Selasa (9/6/2020), para pengunjuk rasa yang berkumpul di beberapa pusat perbelanjaan meneriakkan slogan-slogan pro-demokrasi. Terdapat pula beberapa pengunjuk rasa yang memegang plakat bertuliskan, “Kami tidak bisa bernapas! Bebaskan HK” dan “Young Lives Matter” yang merujuk pada protes di Amerika Serikat terhadap kebrutalan polisi yang dipicu oleh kematian George Floyd.

“Saya takut, tetapi saya perlu memprotes hukum keamanan nasional. Sangatlah penting untuk terus memperjuangkan kebebasan,” ujar seorang pria berusia 25 tahun bermarga Tai yang menolak menyebutkan nama lengkapnya, melansir dari laman reuters.com.

Pada 9 Juni tahun lalu, diperkirakan lebih dari satu juta pengunjuk rasa turun ke jalan menentang undang-undang yang diusulkan untuk memungkinkan ekstradisi ke daratan Tiongkok, di mana pengadilan dikendalikan oleh Partai Komunis. Pemerintah kemudian menarik undang-undang tersebut, tetapi kekhawatiran yang telah tersebar luas masih tersisa dan muncul pandangan bahwa Beijing berusaha menghambat kebebasan di wilayah bekas jajahan Inggris tersebut sehingga memicu kerusuhan selama berbulan-bulan dan sering kali disertai kekerasan.

Sementara itu, Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam (林鄭月娥) memperingatkan pada hari Selasa (9/6/2020) bahwa kota tersebut tidak mampu menghadapi "kekacauan" lebih lanjut. "Kita semua dapat melihat kesulitan yang kita hadapi dalam satu tahun terakhir, dan karena situasi serius seperti itu, kita memiliki lebih banyak masalah yang haru ditangani," kata Lam dalam konferensi pers mingguan. Karena itu, dirinya mengatakan jika semua pihak perlu belajar dari kesalahan. "Saya berharap semua anggota parlemen dapat belajar dari kesalahan, bahwa Hong Kong tidak mampu menghadapi kekacauan seperti itu," jelasnya.

Pihak kepolisian Hong Kong sendiri pada Senin malam (8/6/2020) lalu mengatakan, hampir 9.000 orang berusia 11 hingga 84 tahun, ditangkap dalam protes selama satu tahun terakhir. Sementara, lebih dari 600 orang didakwa melakukan kerusuhan. Aktivis, serta banyak diplomat dan pemimpin bisnis khawatir akan hukum keamanan nasional yang menargetkan subversi, pemisahan diri, pengkhianatan dan campur tangan asing akan semakin menekan kebebasan Hong Kong, termasuk sistem hukum independennya. Di sisi lain, lebih banyak protes telah direncanakan akan dilakukan dalam beberapa hari mendatang. Para pemimpin serikat pekerja mengatakan bahwa mereka berniat mengadakan referendum di antara anggota mereka pada hari Minggu (14/6/2020) mendatang mengenai perlu atau tidaknya mereka melakukan pemogokan kerja di seluruh kota.*