Mahasiswa kedokteran gagal selamatkan nyawa lelaki. - Image from Global Times
Changsha, Bolong.id - Warganet Tiongkok marah kepada pihak yang menyalahkan dua mahasiswa kedokteran Tiongkok yang gagal menyelamatkan nyawa seseorang, meskipun kelihatan telah berusaha.
Kemarahan warganet itu di Weibo, medsos populer Tiongkok. Mereka mengkritik pihak yang menyalahkan kedua mahasiswa kedokteran tersebut. Mereka menyerukan, agar menghormati tenaga medis.
Peng Jieting, salah satu mahasiswa tersebut, mengatakan, dia tidak sakit hati dengan komentar pedas tersebut. "Kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan," katanya pada hari Senin (24/8/2020), dilansir dari Global Times.
Ceritanya, Peng dan Chen Jiali berusaha menyelamatkan seorang pria pingsan di stasiun kereta api di Provinsi Hunan, Tiongkok tengah, pada 14 Agustus 2020 sebelum ambulans tiba.
Mereka melakukan resusitasi jantung-paru (RJP) dan resusitasi mulut ke mulut mereka. Tapi, pria pingsan itu malah meninggal.
Peng Jieting dan Chen Jiali yang Mencoba Menyelamatkan Orang Asing Menggunakan RJP - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Dalam sebuah video viral di Weibo dengan lebih dari 30 juta penayangan, Peng dan Chen terlihat berlutut di tanah di samping pria tersebut. Mereka meneteskan air mata ketika pria itu meninggal meskipun mereka sudah berusaha.
Peng dan Chen Meninggalkan Stasiun dengan Penuh Air Mata Saat Petugas Ambulan Sudah Datang - gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Sebagian penonton menghargai Peng dan Chen. Beberapa netizen mengkritiknya. Beberapa menyarankan agar keluarga pria tersebut membawa kasus ini ke pengadilan.
Keluarga almarhum, akhirnya bicara pada hari Minggu (23/8/2020). Mengatakan, keluarga ikhlas atas kematian pria tersebut. "Kamu telah melakukan yang terbaik," katanya kepada Peng dan Chen sebelum membungkuk kepada mereka melalui panggilan video.
“Peng dan Chen adalah mahasiswa S2 kedokteran tradisional Tiongkok di Universitas Chengdu dengan pengalaman klinis tiga tahun,” kata tutor Fakultas kedokteran Peng, Duan Junguo. Menurutnya, Peng dan Chen memenuhi syarat melakukan metode penyelamatan nyawa yang mereka gunakan pada hari itu.
“...dokter/perawat yang baik harus memiliki keterampilan dan etika medis yang hebat... bagi tenaga medis, etika sebenarnya lebih berharga daripada keterampilan,” tambahnya.
Duan juga menyarankan agar masyarakat mempelajari keterampilan pertolongan pertama dan memahami metode penyelamatan dasar untuk keadaan darurat.
Sementara itu, Kementerian Pendidikan dan Palang Merah Tiongkok berencana untuk memasukkan pengetahuan pertolongan pertama, terutama RJP, ke dalam konten pendidikan kedokteran untuk siswa remaja di negara itu.
Advertisement