Petronas Bisa Picu Konflik dengan Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan - gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi akmi
Jakarta, Bolong.id - Beijing diduga akan memberikan reaksi terhadap perusahaan minyak nasional Malaysia, Petronas, yang tengah bersiap untuk mengebor Blok SK 316 yang kaya akan gas di Laut Tiongkok Selatan di lepas pantai negara bagian timur Malaysia, Sarawak. Pasalnya, lokasi pengeboran terbaru BUMN migas Malaysia itu berada di wilayah sengketa dengan Tiongkok. Pekerjaan eksplorasi Petronas ini juga akan didukung oleh Pacific Centurion yang berbasis di Singapura dan Far Stream yang berbendera Norwegia.
"Blok SK 316 terletak di dalam klaim sembilan garis putus-putus Tiongkok yang luas, menunjukkan bahwa setiap upaya Petronas untuk mengebor areal akan memicu serangan balik dari Beijing," kata Hugo Brennan, seorang analis Asia di konsultan risiko geopolitik Verisk Maplecroft, dilansir dari Energy Voice.
“Tindakan khas Beijing adalah menyebarkan kombinasi milisi maritim, penegakan hukum, serta kapal sipil, untuk mengintimidasi kapal yang terlibat dalam pengembangan sumber daya minyak dan gas baru di perairan yang diklaimnya,” tambah Brennan.
Operasi hulu Malaysia telah mengalami beberapa tekanan serupa pada tahun 2020 ini selama ketegangan empat bulan dengan Tiongkok. Secara signifikan, peningkatan aktivitas kapal-kapal Tiongkok terhadap eksplorasi minyak Malaysia kemungkinan terkait dengan keputusan Kuala Lumpur untuk mengajukan klaim wilayah kontinen pada Desember 2019. Tiongkok menentang langkah tersebut dengan alasan bahwa hal itu menantang klaimnya mengenai Laut Tiongkok Selatan.
Sementara itu, Tiongkok telah melakukan pelanggaran geopolitik sebagai reaksi terhadap reaksi internasional yang diterimanya atas penanganan awal wabah COVID-19. Ini menunjukkan bahwa Beijing kemungkinan akan lebih agresif mengejar hak-haknya di Laut Tiongkok Selatan, Brennan memperingatkan.
Di lain sisi, Menteri Luar Negeri Malaysia, Hishammuddin Hussein, mengatakan kepada parlemen bahwa kementeriannya ingin menyelesaikan sengketa Laut Tiongkok Selatan secara konstruktif melalui "negosiasi diplomatik yang sesuai."
Dia menggarisbawahi dua masalah utama yang dihadapi Malaysia. “Pertama, saya tidak ingin Malaysia terseret dan terjebak dalam pergolakan geopolitik antar negara adidaya,” kata Hishammuddin. “Kita harus mencegah terjadinya insiden yang tidak diinginkan di dalam wilayah perairan kita. Kita juga harus mencegah bentrokan militer di perairan antara pihak terkait.”
Kedua, Hishammuddin mengatakan, sengketa Laut Tiongkok Selatan tidak bisa dijadikan sebagai isu yang akan menimbulkan perpecahan antar negara-negara ASEAN.
“Jika kita mengikuti narasi dan mengalah pada tekanan negara adidaya, potensi negara-negara ASEAN untuk tunduk dan berpihak pada negara-negara tertentu akan tinggi. Saat menghadapi negara adidaya yang besar, kita harus bersatu sebagai satu blok agar kekuatan kita bisa bersinergi secara efektif,” ujarnya.
Namun, Hishammuddin juga mengatakan jika sengketa wilayah Malaysia di Laut Tiongkok Selatan tidak hanya dengan Tiongkok. Ada juga klaim yang tumpang tindih dengan sesama negara ASEAN seperti Filipina, Vietnam dan Brunei. (*)
Advertisement