Lama Baca 5 Menit

Kisah Inspiratif Pebisnis Yin Shengxi, Jual Segelas Teh 2 Sen

30 January 2021, 11:56 WIB

Kisah Inspiratif Pebisnis Yin Shengxi, Jual Segelas Teh 2 Sen-Image-1

Teh mangkuk besar hanya 2 sen? - Gambar diambil dari berbagai sumber segala keluhan mengenai hak cipta dapat menghubungi kami



Beijing, Bolong.id - Apa yang bisa dibeli dengan dua sen di Tiongkok? Kini, tidak ada lagi. Tapi, bagi generasi tahun 80-an, itu seharga es loli, atau permen. Atau,    semangkuk teh, yang dijual di kedai milik Yin Shengxi di dekat Lapangan Tiananmen, Beijing. Kini kedai itu masih ada. Harga tehnya tetap dua sen.

Dilansir dari Jinri Toutiao, kisah kedai milik Yin Shengxi bisa jadi pelajaran masyarakat. Tentang ketulusan, tentang strategi bisnis. Yin Shengxi menggabungkan ketulusan dan bisnis. Yang bagi banyak orang, dua hal itu tidak berkaitan.

Dikisahkan, Yin Shengxi berjualan teh, di awal reformasi Tiongkok. Ketika banyak turis domestik datang ke Beijing. Ia melihat, para turis begitu antusias berjalan kaki di lapangan yang luas itu. Tentu mereka kehausan. Sebagian besar membawa bekal minuman. Sebagian kecil, tidak. Sedangkan, di situ tidak ada penjual minuman.

Maka, tampaklah turis minum air dari kran, yang ada di beberapa titik, untuk menyirami taman. Sebagian turis minum, dengan cara pura-pura mencuci tangan. Sebagain lain, terang-terangan menyodorkan mulut ke ujung kran, minum.

Melihat itu,  Yin Shengxi menjual teh, berteduh di sudut lapangan. Harganya dua sen untuk segelas besar teh. Kontan saja, banyak pembeli. Yin Shengxi melayani pembeli dengan sigap. Ia sudah di situ sejak pagi buta, ketika masih belum ada turis. Dan, pulang setelah tak seorang pun turis.

Lama-lama ia kewalahan melayani. Begitu banyak pembeli. Sampai antre. Maka, ia mulai mengajak teman-temannya membantu, juga dibayar (karyawan). Teman-teman Yin Shengxi senang. Karena Tiongkok saat itu masih miskin, banyak pengangguran.

Pada 1988 Yin Shengxi mendirikan kedai kecil di situ. Diberi nama kedai teh "Lao Erfen". Harga teh tetap saja dua sen. Porsinya, tetap segelas besar. Maka, laris luar biasa. Karena laris, otomatis karyawan bertambah.

Kawan-kawan Yin Shengxi bangga melihat usaha itu sukses. Sebagian kawan menasihati, agar Yin Shengxi menaikkan harga. Karena harga dua sen sudah tidak realistis, dimakan zaman. Tapi, apa jawab Yin Shengxi? "Kasihan turis. Aku jual teh ini untuk menolong mereka yang kehausan."

Kawan-kawannya heran. Sekaligus meledek: "Kalau begitu, kasihan karyawanmu. Kau paksa mereka mengikuti idelisme kamu, menolong orang."

Tapi, Yin Shengxi tidak pernah telat membayar karyawan. Selalu on time. Cuma, tak pernah naik gaji.

Kian lama, kedai Lao Erfen kian laris. Jumlah karyawan terus bertambah (tidak disebut di Jinri Toutiao, jumlahnya). Di sinilah Yin Shengxi merasakan, bahwa ledekan temannya benar. Ia mulai goyah dengan keteguhan 'dua sen'.

Ternyata, Yin Shengxi sungguh keras kepala. Ia tetap bertahan dua sen. Tapi, ia mengeluarkan jurus ini: Menambah item dagangan, tidak hanya teh. Ditambah beberapa makanan khas Beijing. Harganya pun variatif. 

Hasilnya: Para pembeli teh, banyak juga beli makanan. Sebagian pembeli makanan, dimakan di situ. Sebagian dibawa pulang. Mungkin saja, pembeli teh dua sen mewujudkan rasa hormat, dengan cara membeli makanan. Karena mereka tahu, bahwa harga segelas besar teh itu, tidak realistis.

Kedai Lao Erfen sukses. Selalu ramai pembeli. Dalam teori bisnis, Yin Shengxi melakukan subsidi silang. Ia rugi di teh, tapi untung di makanan. Sehingga ia bisa membayar gaji karyawan secara realistis, mengikuti perkembangan zaman, dan inflasi.

Kini, Lao Erfan tidak cocok lagi disebut kedai. Sudah berkembang jadi bisnis kelas menengah. Di situ dijual aneka makanan. Setiap malam, dipentaskan opera asli Beijing. Ada juga pertunjukan akrobatik. Bergantian setiap malam. Pengunjungnya masyarakat kelas menengah atas. Konon, Lao Erfen pembayar pajak lebih dari 200.000 Yuan per tahun.

Tapi, harga segelas teh besar, pun sampai kini tetap dua sen. Bahkan, di pintu masuk Lao Erfen ditempel gambar gelas besar, dan tulisan: Teh Dua Sen. Sungguh luar biasa. Idealisme Yin Shengxi tidak luntur oleh waktu dan inflasi.

Di akhir kisah, Jinri Toutiao menulis begini:

Pengusaha kecil mengandalkan ketekunan. Pengusaha besar mengandalkan kesetiaan. Untuk mencari untung, beberapa pengusaha mengkalkulasi biaya, tapi tergesa-gesa. Sehingga gagal. (*)

Alifa Asnia/Penerjemah

BACA JUGA