Lama Baca 4 Menit

Mitos dalam Tahun Baru Imlek (Part 2)

10 February 2024, 12:20 WIB

Mitos dalam Tahun Baru Imlek (Part 2)-Image-1
Lampion

Bolong.id - Siapa yang tidak tertarik dengan cerita-cerita mistis dan legendaris? Begitu pun dengan perayaan Tahun Baru Imlek yang dipenuhi mitos dan cerita menarik. 

Dilansir dari berbagai sumber, berikut beberapa mitos menarik di balik perayaan Tahun Baru Imlek.

Dewa Kompor dan Permen Malt

Dewa Kompor, salah satu dewa yang sering berhubungan dengan manusia dalam mitos Tahun Baru Tionghoa, memantau perilaku keluarga setiap tahun dan memberikan berkat atau hukuman. Pada tanggal 23 Desember kalender Lunar, Dewa Kompor naik ke surga untuk melaporkan kepada Kaisar Jade.  

Untuk menyenangkan dewa ini, orang membuat permen malt sebelum Tahun Baru dan meninggalkannya di luar malam hari. Permen tersebut dapat memengaruhi cara Dewa Kompor berbicara tentang keluarga kepada Kaisar Jade, yang dapat membawa berkah atau penilaian positif. Untuk camilan dan makanan penutup Tahun Baru Tionghoa, lihat juga daftar lezat kami!

Monster Nian di Malam Tahun Baru Imlek

Monster Nian merupakan makhluk mitologi Tiongkok yang tinggal di laut, muncul setiap malam sebelum Tahun Baru untuk menakut-nakuti desa dan memangsa hewan serta manusia. Seorang pengemis datang dan berjanji melindungi desa dari Nián. 

Dengan menggantung ornamen merah Tahun Baru di pintu, pengemis berhasil mengusir monster tersebut. 

Pada malam Tahun Baru, penduduk desa akan mengias rumah dengan ornamen merah, melepaskan petasan, dan mengenakan pakaian merah untuk menghormati tradisi tersebut. 

Tradisi Celana Dalam Merah

Tradisi mengenakan celana dalam merah menjadi langkah pencegahan selama tahun binatang shio masing-masing, meyakini melindungi dari perhatian roh jahat dan sial. Inspirasi dari cerita Nián, pengemis tua yang menggunakan warna merah sebagai perlindungan. 

Orang Tiongkok juga meyakini bahwa jiwa bayi dapat diambil sebelum usia 100 hari, sehingga anak-anak kecil diberikan liontin gembok. 

Mengenakan celana dalam merah dianggap tindakan preventif yang menciptakan lapisan perlindungan dalam tradisi dan kepercayaan Tionghoa. 

Kisah 12 Binatang Shio

Kisah 12 Binatang Shio menceritakan perlombaan yang menentukan urutan binatang shio dalam mitos Tahun Baru Tiongkok. Tikus menang karena kecerdikannya, menggunakan trik dengan kucing dan lembu untuk finis pertama. 

Binatang lain, seperti harimau, kelinci, dan naga, mengalami peristiwa unik yang memengaruhi posisi mereka. Ular dan naga tiba bersamaan, sedangkan anjing, monyet, dan ayam membantu seorang dewa dan finis bersama. 

Kuda dan kambing finis berdekatan, sementara babi, yang rumahnya dihancurkan oleh serigala, harus membangunnya kembali dan finis terakhir.

Puisi dan Roh Jahat

Selama Tahun Baru Imlek, puisi sering ditempel di pintu-pintu menggunakan kertas merah, bukan hanya mewarisi tradisi mengusir monster Nián, tetapi juga sebagai perlindungan dari roh jahat. Mitos menyebutkan bahwa roh jahat melewati lorong di bawah pohon persik raksasa yang dijaga oleh dua dewa. 

Dewa-dewa ini menghukum roh jahat dengan memberi makan mereka kepada harimau. Untuk melindungi rumah, mereka mengukir nama dewa ke dalam tablet kayu persik dan menempelkannya di luar pintu mereka. 

Seiring waktu, tradisi ini berkembang menjadi potongan kertas merah yang terus kita lihat saat ini di Tahun Baru Imlek.

Kisah Festival Lampion

Festival Lampion Tiongkok, merayakan akhir Tahun Baru Tionghoa, dengan menyalakan ribuan lampion kertas lima belas hari setelah Tahun Baru Imlek. Kisah asal-usulnya melibatkan pembunuhan seekor angsa surga oleh pemburu, yang membuat Kaisar Jade marah. 

Untuk mengelabui Kaisar Jade, manusia meledakkan kembang api dan menggantung lampion di setiap rumah pada malam hari, tampak seolah-olah Bumi terbakar dari surga. (*)

Informasi Seputar Tiongkok