Jakarta, Bolong.Id - Berikut teks sambutan John Chen, Duta Besar Taiwan untuk Indonesia di Hari Nasional Ke-112 Republic of China (Taiwan).
Atas nama pemerintah dan rakyat Taiwan, saya merasa terhormat menjadi tuan rumah pada jamuan perayaan Hari Nasional Ke-112 Republic of China (Taiwan). Pada kesempatan yang baik ini, sembari menikmati pertemuan kita yang penuh kegembiraan, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kami kepada hadirin sekalian. Tanpa dukungan Anda, segala kerja sama yang bermanfaat di antara kedua negara kita selama beberapa tahun terakhir tidak akan terjadi.
Taiwan yang tangguh mengatasi tantangan global
Seperti diketahui bersama, kita tidak diberi waktu istirahat setelah pandemi covid-19. Berbagai tantangan global muncul seketika mengikuti persoalan krisis kesehatan masyarakat, seperti inflasi, kemerosotan ekonomi, kerawanan pangan, perubahan iklim, bencana alam, dan ketegangan geopolitik di seluruh dunia.
Taiwan pun tidak luput dari kesulitan-kesulitan tersebut.Kendati demikian, saya yakin Taiwan akan terus menunjukkan ketahanannya dalam konteks perubahan global karena masyarakat Taiwan terbiasa menghadapi perjuangan berat. Misalnya, Taiwan tetap berdaya selama pandemi covid-19, khususnya ketika sebagian besar negara di dunia sedang bergulat dengan varian Delta, Taiwan tetap menjadi salah satu dari sedikit negara yang tetap menjalankan sektor bisnis dan sekolah.
Bukan hanya kinerja anti-pandemi kita, peran penting yang dimainkan Taiwan dalam rantai pasokan global chip semikonduktor pun terganggu selama pandemi.
Mulai dari mengatasi pandemi, merespons restrukturisasi ekonomi global, hingga menjaga perdamaian regional, Taiwan selalu menghadapi tantangan seperti itu dengan cara rasional dan tenang. Hal tersebut memperlihatkan tingkat ketahanan Taiwan yang tinggi dan menunjukkan kepada dunia bahwa Taiwan penting. Ini juga menjelaskan mengapa Taiwan pernah dipuji sebagai ‘negara kecil tapi bangsa yang besar’.
Kekuatan lunak dan kecakapan teknologi
Taiwan telah dikenal luas sebagai negara yang berprestasi tinggi di banyak bidang. Sebagai contoh, Taiwan menduduki peringkat pertama di dunia selama lima tahun berturut-turut dalam Global Health Care Index by Country pada tahun ini. Sistem layanan kesehatan yang kuat tidak hanya membantu kita melewati pandemi, tetapi juga memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat yang tinggal di Taiwan, termasuk teman-teman kita di Indonesia.
Selain itu, Taiwan menempati peringkat ke-3 negara teraman di dunia berdasarkan indeks kejahatan Numbeo. Karena layanan kesehatan, keselamatan, dan lingkungan yang layak untuk ditinggali, Taiwan menjadi destinasi tinggal terbaik ke-5 bagi ekspatriat pada 2023, menurut survei tahunan Expat Insider oleh InterNations.
Di bidang olahraga, semangat tinggi dan sportivitas para atlet Taiwan pada Asian Games di Hangzhou menunjukkan bagian mendasar dari soft power dan rahasia kesuksesan Taiwan, yakni bakat.
Hadirin sekalian, dalam hal pembangunan ekonomi, Taiwan menempati peringkat ke-5 di antara negara-negara terkaya di dunia, menurut Allianz Global Wealth Report 2023. Rata-rata kekayaan bersih setiap orang Taiwan pada akhir 2022 ialah sekitar US$149.500.
Bukti lain, Taiwan menempati peringkat ke-6 dari 64 negara yang dievaluasi di Switzerland’s Lausanne Institute of Management (IMD) World Competitiveness Yearbook 2023. Peringkat Taiwan terus meningkat selama lima tahun berturut-turut. Meskipun terjadi pandemi dan kemerosotan ekonomi global, perekonomian Taiwan masih tumbuh 2,45% pada 2022.
Dengan memanfaatkan kehebatan teknologi di sejumlah bidang, seperti teknologi informasi dan komunikasi (TIK), kecerdasan buatan (AI), semikonduktor, manufaktur pintar, energi terbarukan, pertanian, dan bioteknologi, Taiwan telah menjadi kekuatan pendorong global ekonomi.
Ke depan, dengan penerapan kebijakan Six Core Strategic Industries yang diadopsi pemerintah untuk memperkuat posisi global Taiwan, ketangguhan Taiwan akan mengatasi tantangan yang ada dan memainkan peran penting dalam pemulihan dunia pascapandemi.
Kerja sama bilateral berpedoman pada New Southbound Policy
Taiwan meluncurkan the New Southbound Policy (NSP) pada 2016 untuk memperdalam kemitraan kerja sama Taiwan yang berpusat pada masyarakat di kawasan, dan Indonesia merupakan salah satu mitra prioritas.
Berkat kebijakan tersebut, hubungan bilateral antara Taiwan dan Indonesia mengalami kemajuan dan menghimpun momentum yang lebih besar di banyak bidang, dan saya percaya banyak di antara Anda adalah pelaku atau saksi.
Selama enam tahun terakhir, sejak diluncurkannya the New Southbound Policy, 26 MoU dan rencana aksi ditandatangani antara Taiwan dan Indonesia di bidang perdagangan dan pembangunan ekonomi, ketenagakerjaan, pertanian, peningkatan kapasitas, pendidikan, penerbangan sipil, teknologi, dan sebagainya. MoU dan rencana aksi tersebut meletakkan dasar kerja sama yang komprehensif di antara kedua negara.
Investasi dan perdagangan
Ekspor Taiwan ke negara-negara mitra NSP menyumbang peningkatan pangsa terhadap total ekspor Taiwan, naik dari 18,9% pada 2021 menjadi 19,4% pada 2022, dan 20,5% pada tujuh bulan pertama tahun ini. Menggunakan keunggulan kompetitifnya dalam industri inovatif dan cerdas, Taiwan terus melakukan ekspansi ke pasar di kawasan serta meningkatkan perdagangan dan investasi bilateral. Kemitraan bisnis yang erat antara Taiwan dan Indonesia bisa menjadi contoh yang baik.
Menurut data resmi, Taiwan adalah mitra dagang terbesar ke-10 dari Indonesia. Volume perdagangan bilateral kedua negara mencapai US$14,5 miliar pada tahun lalu, dengan peningkatan luar biasa sebesar 37% dari 2021.
Adapun untuk penanaman modal, yakni penanaman modal asing langsung dari Taiwan ke Indonesia, tahun lalu mencapai USD$236 juta, yang menjadikan Taiwan sebagai negara investor asing terbesar ke-14 di Indonesia. Jika termasuk investasi tidak langsung melalui negara ketiga, Taiwan akan menjadi salah satu dari lima investor teratas Indonesia. Lebih penting lagi, perusahaan milik Taiwan di Indonesia juga menciptakan ribuan lapangan kerja.
Hubungan antarmasyarakat, ketenagakerjaan, dan pendidikan
Didorong oleh New Southbound Policy, kedua negara kita menjadi mitra pembangunan yang hebat sehingga menghasilkan hubungan antarmasyarakat yang erat dalam berbagai aspek. Jika Anda berkesempatan mengunjungi Taiwan baru-baru ini, Anda akan melihat Taiwan menjadi tuan rumah bagi diaspora ASEAN yang sangat besar, sebagian besar orang Indonesia.
Saat ini, ada sekitar 400 ribu warga negara Indonesia yang bekerja, belajar, dan tinggal di Taiwan. Di sisi lain, ada 20 ribu warga Taiwan yang menjalankan bisnis di Indonesia.
Jumlah tenaga kerja asing (TKA) di Taiwan mencapai 728 ribu dan sepertiganya ialah orang Indonesia. Teman-teman Indonesia yang bekerja dan tinggal di Taiwan berkontribusi banyak terhadap masyarakat kami dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari hidup kami. Kami bersyukur untuk itu.
Di bidang pendidikan, saat ini terdapat lebih dari 16.600 pelajar Indonesia yang sedang mengejar gelar tinggi di Taiwan. Indonesia menjadi negara penyumbang pelajar asing terbesar kedua untuk Taiwan. Kami terus mendorong semakin banyak masyarakat Indonesia untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Taiwan sebagaimana banyak alumni Taiwan terbukti menjadi saluran kerja sama dan pertukaran di antara kedua negara.
Taiwan: Mitra pembangunan berkelanjutan
Dipandu the New Southbound Policy, Taiwan juga menjalankan kebijakan yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB. Izinkan saya memberi tahu Anda dengan contoh-contoh berikut.
Di bidang pertanian, Taiwan memiliki sejarah kerja sama panjang dengan Indonesia yang dapat ditelusuri kembali ke tahun 1976. Selama 47 tahun terakhir, Taiwan Technical Mission (TTM), bekerja sama dengan pemerintah dan swasta di Indonesia, melaksanakan banyak inisiatif dan proyek berharga di Indonesia, meliputi Pulau Jawa, Bali, Sulawesi, dan Sumatra.
Saya bangga karena banyak petani Indonesia yang merasakan manfaat besar program kerja sama ini, seperti peningkatan mutu dan hasil panen padi, sayuran, dan tanaman lainnya dengan bantuan TTM.
Dalam hal pengembangan ibu kota baru Nusantara, saya memimpin delegasi bisnis Taiwan mengunjungi Kalimantan Timur pada Agustus tahun ini. Kami mendorong para pelaku usaha untuk terus menjajaki peluang kerja sama saling menguntungkan dalam membantu Indonesia membangun ibu kota baru yang berkelanjutan.
Apalagi, Indonesia sedang berupaya mengembangkan ekosistem kendaraan listrik (EV) dalam negeri. Perusahaan Taiwan, Hon Hai Precision, bekerja sama dengan Indika Energy dari Indonesia, diharapkan segera berinvestasi di industri kendaraan listrik di sini. Semoga kerja sama joint venture ini dapat segera terealisasi dan diwujudkan di Indonesia.
Dalam aspek bantuan kemanusiaan, terbaru kami mengadakan rangkaian bantuan kemanusiaan pascagempa Cianjur pada November 2022, termasuk memberikan bantuan sembako dan rekonstruksi bangunan taman kanak-kanak.
Perdamaian regional dan global
Pandemi covid-19 dan perang Rusia-Ukraina memberikan pelajaran berharga kepada kita, yakni krisis zaman modern yang tidak ada batasnya. Seperti Tiongkok berupaya menciptakan kenormalan baru di kawasan dengan meningkatkan ketegasannya di Selat Taiwan, Laut China Timur, dan Laut China Selatan. Faktanya, memang mengancam perdamaian dan stabilitas di dalam dan sekitar kawasan.
Baru-baru ini, peta yang baru diterbitkan Tiongkok semakin mengungkap ambisi ekspansionisnya, serta mengabaikan hukum internasional dan tatanan internasional yang berdasarkan aturan.
Taiwan memproduksi sekitar 70% produk semikonduktor dunia dan 92% di antaranya yang paling canggih. Selain itu, 50% komoditas global melewati Selat Taiwan setiap hari. Konflik militer di sekitar Selat Taiwan dapat menyebabkan bencana ekstrem bagi seluruh dunia.
Peningkatan eksalasi yang diciptakan Tiongkok di kawasan ini telah menjadi sorotan bagi kepentingan strategis Taiwan di Pasifik Barat, serta peran pentingnya dalam pelayaran global dan produksi semikonduktor.
Taiwan berada di garis depan demokrasi untuk melawan ekspansionisme otoriter dan merupakan mitra penting dalam membangun rantai pasokan yang demokratis. Ini bukti bahwa menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan adalah kepentingan semua negara.
Perdamaian, rasa saling percaya, nilai-nilai demokrasi bersama, serta penghormatan terhadap kebebasan, hak asasi manusia, dan supremasi hukum adalah fondasi dari pertumbuhan hubungan Taiwan-Indonesia. Untuk menjaga perdamaian regional, kita sudah lama menghargai dan menjunjung nilai-nilai demokrasi bersama, kita harus mengambil sikap tegas menghadapi tantangan di depan kita. Seperti yang dikatakan Presiden Jokowi, harus berani dan bernyali. (Ifa/S-2)(*)
Advertisement