Ilustrasi Es Krim dengan Vanila Asli - Image from Internet. Segala keluhan mengenai hak cipta dapat menghubungi kami
Jakarta, Bolong.id - Anda tentu sudah sangat familiar dengan rasa vanila di berbagai makanan penutup. Baik kue, es krim, hingga kopi dan aneka makanan - minuman lainnya seringkali diperkaya rasa vanila. Akan tetapi, rasa vanila yang lidah Anda kenali itu belum tentu rasa vanila yang sebenarnya, lho! Penasaran? simak artikel berikut ini untuk mengetahui bentuk dan rasa asli vanila hingga penggunaannya sebagai perasa dalam berbagai makanan favorit ini!
Bentuk asli vanila
Perasa vanila asli berasal dari biji tumbuhan vanili, salah satu tanaman genus Vanilla yang berada di dalam keluarga anggrek. Hingga saat ini, dikenal ada lebih dari 100 spesies di bawah genus Vanilla. Dari seratus spesies itu, 3 diantaranya ditanam secara luas, yaitu vanili, vanili berbunga besar, dan vanili Tahiti, yang memiliki hasil vanili tertinggi.
Vanili merupakan tanaman merambat dan dapat tumbuh hingga beberapa meter. Budidaya vanili pun membutuhkan lingkungan yang sangat spesifik, yaitu suhu siang dan malam yang tidak boleh lebih rendah dari 20 derajat celcius dan memiliki kelembaban di atas 70%. Tak heran, vanili hanya dapat tumbuh di daerah tropis.
Tanaman vanili memiliki batang silindris dan daun lonjong berdaging tebal yang besar namun tidak rimbun. Setiap simpulnya memiliki daun dan akar berongga. Siklus hidup tumbuhan ini pun panjang. Vanili membutuhkan 3 tahun untuk bunganya mekar. Bunganya cukup besar dan hampir tidak memiliki aroma. Uniknya lagi, meski periode pembungaan bisa berlangsung selama 2 bulan, bunga Vanili hanya mekar selama satu hari. Dalam dua bulan itu, bunga vanili akan berubah warna dari hijau muda menjadi kuning hingga akhirnya berwarna putih susu.
Buah vanili memiliki bentuk yang panjang dan berwarna coklat gelap. Buahnya bisa tumbuh hingga 20 cm dalam 4-6 minggu, tetapi matang sangat lambat, yaitu memakan waktu hingga 9 bulan. Setelah polong bijinya matang, akan ada banyak biji hitam di dalamnya. Nah, sumber rasa vanila berasal dari biji polong tersebut meski ketika kita mencium biji polong secara langsung, kita tidak akan dapat menghirup aroma apapun.
Sejarah
Vanili adalah tanaman endemik Meksiko, namun Madagaskar telah menjadi produsen utamanya. Tumbuhan ini dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis seperti Tahiti, Pulau Reunion (sebuah pulau vulkanik di Kepulauan Mascarene milik Prancis di bagian barat Samudera Hindia), Indonesia, dan Hainan, Tiongkok.
Seperti banyak tanaman lainnya, Vanili dapat keluar dari Meksiko karena penjajahan. Pada awal abad ke-19, Spanyol membawa vanili ke Eropa, tetapi vanili yang dibawa tidak membuahkan hasil yang baik. Kegagalan ini dikarenakan struktur anggrek vanili yang agak istimewa sehingga memerlukan lebah khusus di lingkungan asalnya sebagai pelaku penyerbukan alami.
Pada tahun 1841, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dari Pulau Reunion menemukan metode penyerbukan vanili secara manual dengan bantuan manusia. Caranya adalah dengan menggunakan tongkat kayu untuk mendorong batang vanili ke atas dan menekan kepala sari hingga serbuk sari sampai ke bagian bunga betina. Metode ini kemudian memungkinkan penyerbukan vanili sehingga penanaman vanili dapat dilakukan di luar Meksiko.
Setelah masyarakat Pulau Reunion mengadopsi metode penyerbukan ini, produksi vanili meningkat pesat dan penanamannya meluas hingga Madagaskar. Setelah itu, jejak vanili secara bertahap menyebar ke negara dan wilayah tropis lainnya.
Asal aroma vanila
Kembali ke vanili itu sendiri, baik bunga maupun biji vanili tidak memiliki wewangian. Lalu, dari mana aroma vanila berasal?
Melalui ekstraksi zat kimia dari polong biji vanili, ahli kimia menemukan bahwa wewangian vanili terutama berasal dari zat yang disebut vanillin (vanillin). Akan tetapi, vanillin tidak secara alami ada di polong biji vanili. Aroma ini baru akan muncul ketika diproses lebih lanjut.
Pertama, polong biji vanili dinonaktifkan (direndam dalam air panas untuk melepaskan enzim) dan difermentasi. Warna polong biji pun akan berubah menjadi warna coklat pekat dan dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Setelah benar-benar tua (dalam kondisi alami, lama kelamaan aromanya menjadi lebih kaya dan warnanya semakin gelap), vanili ini dapat dikemas. Seluruh proses pembuatan ini pun panjang, yaitu memakan waktu sekitar setengah tahun.
Selama proses fermentasi inilah vanillin glukosida dalam polong biji diuraikan oleh enzim menjadi vanillin dan zat perasa lainnya (asam vanillat, oleoresin, gula, gum, kalsium oksalat, alkohol, aldehida, dan ester). Setelah melalui proses ini, barulah vanili tadi memiliki berbagai aroma, seperti krim , buah tropis, karamel, madu, cengkeh, kayu, wewangian bunga, dan sebagainya.
Anda mungkin tidak pernah merasakan aroma vanilla yang sebenarnya
Pada abad ke-19, dengan perkembangan kimia sintetis dan munculnya teknologi senyawa sintetis. Vanilin berhasil menjadi perasa sintetis pertama. Pada tahun 1858, ahli kimia Prancis mengekstraksi vanillin untuk pertama kalinya. 16 tahun kemudian, ilmuwan Jerman menemukan struktur kimia vanillin, dan mereka berhasil menyintesiskannya. Saat ini metode sintesis kimiawi vanillin telah berkembang hingga 10 macam. Metode sintesis yang paling umum digunakan adalah metode lignin dan metode asam guaiacol-glyoxylic.
Vanillin yang disintesis secara artifisial memiliki kualitas yang tinggi dan harga rendah, sehingga cocok memenuhi kebutuhan pasar (konsumsi tahunan vanillin di pasar dunia adalah 16.000 hingga 20.000 ton).
Nah, Es krim yang seringkali kita konsumsi umumnya mengandung esens vanilin tambahan. Vanilin hasil sintesis kimiawi memiliki wangi tunggal dan tidak memiliki aroma kompleks vanillin alami. Jadi, dari sudut pandang tertentu, meski kita sudah mencicipi es krim dan kue rasa vanilla sejak kecil, belum tentu kita sudah pernah merasakan rasa vanilla yang sebenarnya. Jika Anda berkesempatan untuk makan es krim dengan rasa vanilla alami, Anda akan menemukan es krim putih dicampur dengan beberapa biji hitam halus. Biji hitam ini adalah biji dalam polong biji vanili, sumber rasa vanilla yang sebenarnya. (*)