Lama Baca 4 Menit

Legenda China, Nilai Edukasi pada Burung Han Hao

09 January 2021, 14:14 WIB

Legenda China, Nilai Edukasi pada Burung Han Hao-Image-1

Burung Han Hao - Image from Budaya Tionghoa

Jakarta, Bolong.id - Menurut legenda, di Gunung Wutai, Tiongkok, hiduplah burung Han Hao. Burung yang berbeda dengan burung lainnya. Punya empat kaki, punya dua sayap yang tidak bisa digunakan untuk terbang, sehingga tidak bisa terbang seperti burung lainnya.

Pada musim panas, di sekujur tubuh burung Han Hao ditumbuhi bulu yang berwarna cemerlang. Indah menakjubkan.

Dilansir dari laman Era Baru, ia dipercaya adalah burung yang paling indah di dunia, bahkan lebih indah dari phoenix.

“Lihatlah saya! Lihatlah saya! Bahkan phoenix tidak dapat dibandingkan denganku!” Burung Han Hao bersenandung.

Saat musim panas secara bertahap memudar beralih memasuki musim gugur, semua burung lainnya sudah mulai merencanakan menyambut musim dingin. Beberapa di antaranya sudah mulai persiapan terbang ke selatan, sementara yang lain menyibukkan diri mengumpulkan makanan serta membangun dan memperkuat sarang mereka.

Burung Han Hao, tidak melakukan apa pun kecuali naik dan turun gunung, dengan sombongnya memamerkan mantel glamornya.

Burung-burung lain mencoba menasihatinya: “Hai... Burung Han Hao, sementara cuaca masih bagus, bangunlah sarang Anda sekarang, nanti Anda akan memiliki tempat tinggal yang hangat dan nyaman untuk melalui musim dingin.” 

Tapi, burung Han Hao tidak mengindahkanya.

Begitu musim dingin mendekat, burung Han Hao mulai kehilangan sehelai demi sehelai bulu bagusnya, sampai suatu hari itu tampak seperti burung yang baru menetas, tanpa bulu sama sekali. Telanjang.

Setiap malam ia menggigil kedinginan, berkata kepada dirinya sendiri: “Sangat dingin! Sangat dingin! Saya harus membangun sarang besok!”

Tapi segera setelah Matahari terbit keesokan harinya, burung Han Hao lupa semua tentang dinginnya malam sebelumnya dan keinginan untuk membangun sarang.

Burung-burung lain mengatakan: “Burung Han Hao, bergegaslah membangun sarang Anda. Cuaca akan menjadi dingin lagi di malam hari.”

Tapi burung Han Hao masih tidak mau mendengarkan. “Masih terasa hangat di bawah sinar Matahari! Selama saya masih bisa mendapatkan yang seperti ini, maka saya akan terus begini,” katanya.

Jadi burung Han Hao terus bermalas-malasan, hari demi hari, sampai akhirnya membeku kaku dalam satu malam saat cuaca sangat dingin.

Legenda ini berdasarkan kisah yang ditemukan dalam catatan literatur yang berjudul Chuogeng Lu (輟耕錄), atau Kumpulan Catatan Setelah Rehat dari Pertanian, yang ditulis oleh Tao Zongyi (陶 宗儀), seorang pelajar yang hidup pada akhir Dinasti Yuan (1271-1368 Masehi) dan Dinasti Ming awal (1368- 1644 Masehi).

Burung Han Hao mungkin bukan burung yang nyata, akan tetapi karakteristik burung tersebut memang kadang-kadang dapat tampak jelas di masyarakat nyata-sifat arogansi, rasa puas diri, kepicikan, dan menutup telinga terhadap nasihat yang baik.

Cerita ini mengingatkan kita bahwa cara terbaik untuk melihat ke masa depan yang cerah adalah merencanakan hari esok, mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang mengambil atau tidak mengambil tindakan hari ini, dan bekerja keras serta berusaha untuk menciptakan masa depan yang kita inginkan. (*)